JAKARTA – Sebanyak lebih dari 1.000 orang meninggal dunia di Suriah akibat bentrokan maut sejak penggulingan Bashar al-Assad. Kekerasan terjadi antara pasukan keamanan baru serta pengikut setia dari pemerintahan sebelumnya. Betnrokan terjadi di sepanjang pantai Mediterania.
Pemerintah Suriah kemudian berjanji bahwa mereka akan meminta pertanggungjawaban serta penyelidikan pembunuhan warga sipil.
“Kami akan meminta pertanggungjawaban, dengan tegas dan tanpa keringanan, siapa pun yang terlibat dalam pertumpahan darah warga sipil, atau yang melampaui batas kekuasaan negara,” kata Presiden sementara Suriah, Ahmed al-Sharaa, dikutip Holopis.com, Senin (10/3).
Pemerintah Suriah kemudian mengatakan bahwa mereka sudah membentuk komite independen untuk menyelidiki pelanggaran yang terjadi terhadap warga sipil, serta mengidentifikasi mereka yang bertanggung jawab atas pelanggaran yang terjadi.
Sebagai informasi Sobat Holopis, pertempuran antara pasukan keamanan baru serta pengikut setia pemerintah sebelumnya pecah pada hari Kamis (6/3). Ketegangan yang terjadi di antara keduanya meningkat menjadi pembunuhan massal.
Kepala Hak Asasi Manusia PBB Volker Turk mengatakna bahwa pembunuhan ini harus dihentikan. Kemudian negara-negara Arab, Amerika Serikat, Inggris, dan negara-negara lainnya mengutuk keras pertempuran maut itu.
Saat ini, pemerintah baru Suriah telah menerima diplomat dari Barat dan negara-negara tetangga mereka. Pemerintah Suriah kali ini berusaha untuk meringankan sanksi serta investasi untuk membangun kembali negara mereka yang sudah hancur akibat perang saudara selama 13 tahun. Perang berlarut-larut itu terjadi di bawah pemerintahan Assad.