JAKARTA – Sekitar ratusan masyarakat Palestina dibebaskan ke Gaza pada hari Sabu (8/9) waktu setempat sebagai kelanjutan dari perjanjian gencatan senjata antara pasukan Israel dan Hamas. Meskipun sudah bebas, masyarakat Gaza masih harus menerima kenyataan pahit lainnya.
Ketika dibebaskan di Gaza, mereka kaget melihat situasi tempat tinggal mereka yang sudah hancur dan tidak tahu di mana lokasi orang-orang yang merka cintai.
“Bagaimana kabar keluargaku? Apakah mereka masih hidup?,” kata salah satu tahanan bebas, dikutip Holopis.com, Minggu (9/2).
Sebagai informasi, ada sebanyak 183 masyarakat Palestina dibebaskan dari penjara Israel dengan imbalan 3 warga Israel yang ditahan di Gaza.
Ini merupakan pertukran tahanan kelima yang berlangsung sejak perjanjian gencatan senjata.
Dari 183 tahanan yang dibebaskan itu, 42 orang dikembalikan ke kota Ramallah di Tepi Barat, 4 orang dibebaskan di Yerusalem Timur, 7 orang dideportasi ke Mesir, dan 131 orang dikirim kembali ke Gaza.
Kontroversi Donald Trump yang Ingin Ambil Alih Gaza
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump sebelumnya membuat beberapa komentar kontroversial terkait keinginan Amerika Serikat untuk memiliki Jalur Gaza.
“Jalur Gaza akan diserahkan ke Amerika Serikat oleh Israel pada akhir pertempuran,” kata Donald Trump.
Ia kemudian mengatakan bahwa masyarakat Palestina seharusnya akan dipindahkan ke wilayah yang lebih bagus dan dan aman dengan rumah-rumah modern.
“Warga Palestina seharusnya sudah dimukimkan kembali di komunitas yang jauh lebih aman dan indah, dengan rumah-rumah baru dan modern di wilayah tersebut,” kata Trump.
Donald Trump kemudian mengatakan bahwa penyerahan yang dilakukan oleh Israel tersebut tidak membutuhkan tentara Amerika Serikat.
Pernyataan Donald Trump yang mengaku ingin mengambil alih Gaza telah mengundang banyak emosi dari masyarakat dunia.
Bahkan beberapa negara sudah menolak permintaan Donald Trump yang ingin mengusir warga Palestina dari wilayah mereka, termasuk Mesir, Yordania, Qatar, Arab Saudi termasuk Palestina.