HOLOPIS.COM, JAKARTA – Hari Meditasi Internasional atau World Meditation Day, yang diperingati setiap 31 Desember. Peringatan ini lahir dari refleksi panjang tentang kesehatan mental, perdamaian dunia, dan masa depan kemanusiaan.
Apa Itu Meditasi?
Dikutip Holopis.com dari laman resmi World Health Organization (WHO), meditasi merupakan praktik kuno yang berfokus pada kesadaran penuh terhadap momen saat ini.
Akar meditasi dapat ditelusuri dari tradisi keagamaan, yoga, hingga praktik sekuler lintas budaya yang telah dijalani manusia selama ribuan tahun.
Dalam pengertian yang paling umum, meditasi adalah latihan mental yang menggunakan teknik seperti mindfulness, fokus perhatian, atau pemusatan pikiran untuk mencapai kejernihan mental, ketenangan emosi, dan relaksasi fisik.
Berbagai riset menunjukkan manfaat meditasi, mulai dari menurunkan stres, meningkatkan fokus, menyeimbangkan emosi, meredakan kecemasan dan depresi, hingga memperbaiki kualitas tidur.
Dampak fisiknya pun nyata, seperti membantu menurunkan tekanan darah dan mengelola rasa nyeri. Bahkan, teknologi ikut memperluas akses meditasi melalui aplikasi dan platform daring.
Sejarah Hari Meditasi Internasional
Sejarah Hari Meditasi Internasional tak bisa dilepaskan dari sosok Dag Hammarskjöld, Sekretaris Jenderal PBB periode 1953–1961. Ia memiliki visi bahwa diplomasi dan perdamaian dunia tidak hanya lahir dari debat dan negosiasi, tetapi juga dari keheningan dan refleksi batin.
Visi itu diwujudkan dalam Meditation Room di Markas Besar PBB, New York, yang dibuka pada 1952. Ruang ini dirancang sebagai “room of quiet”, lengkap dengan mural karya seniman Swedia, Bo Beskow.
Hammarskjöld pernah menyatakan bahwa gedung PBB sebagai rumah bagi kerja dan perdebatan demi perdamaian, “harus memiliki satu ruangan yang didedikasikan untuk keheningan lahir dan ketenangan batin.”
Spirit inilah yang kemudian menginspirasi Majelis Umum PBB untuk menetapkan 21 Desember sebagai World Meditation Day, sekaligus menegaskan hak setiap orang untuk menikmati standar tertinggi kesehatan fisik dan mental.
Meditasi, Kesehatan Mental, dan Peran WHO
Peringatan Hari Meditasi Internasional mendapat penguatan dari World Health Organization (WHO). WHO mengakui manfaat signifikan meditasi—khususnya mindfulness meditation—sebagai bagian dari manajemen stres dan perawatan kesehatan mental.
WHO menilai meditasi sebagai alat self-care yang efektif untuk mendukung terapi, terutama dalam mengelola gejala kecemasan. Bahkan, praktik meditasi singkat dalam rutinitas harian dinilai mampu meningkatkan ketenangan dan fokus.
Selain itu, WHO juga menyoroti praktik yoga—yang kerap mengandung unsur meditasi—sebagai bagian dari pendekatan kesehatan holistik. Dalam peringatan Hari Yoga Internasional, WHO menegaskan kontribusi yoga dan meditasi terhadap kesehatan sepanjang hayat, dunia yang lebih adil, dan pembangunan berkelanjutan.
Meditasi dan Agenda Pembangunan Berkelanjutan
Hari Meditasi Internasional juga selaras dengan Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan. Meditasi berkontribusi langsung pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) nomor 3, yakni Good Health and Well-Being.
Target ini menekankan pentingnya kesehatan mental sebagai bagian dari hak asasi manusia, termasuk akses layanan kesehatan universal dan pengurangan ketimpangan kesehatan. Dalam konteks ini, meditasi dipandang bukan sekadar praktik personal, melainkan bagian dari upaya membangun masyarakat yang tangguh, inklusif, dan berkelanjutan.
Refleksi Global di Tengah Krisis Dunia
Di era konflik bersenjata, krisis iklim, dan percepatan teknologi yang kerap melampaui kesiapan manusia, PBB menilai meditasi sebagai sarana untuk menumbuhkan empati, persatuan, dan welas asih. Hari Meditasi Internasional menjadi pengingat bahwa perdamaian global berakar dari kesadaran individu.
Pesannya sederhana tapi tajam: transformasi dunia dimulai dari transformasi batin. Ketika individu menemukan kedamaian dalam dirinya, ia ikut menciptakan kondisi bagi perdamaian di komunitas dan dunia. Sunyi sejenak, ternyata bisa berdampak sejauh itu.



