Diguyur Pinjaman Rp5 Triliun, Saham DEWA Kian Prospektif?


Oleh : Khoirudin Ainun Najib

HOLOPIS.COM, JAKARTA – Saham DEWA kembali menjadi sorotan pasar setelah PT Darma Henwa Tbk (DEWA) mengantongi fasilitas pinjaman jumbo senilai total Rp 5 triliun dari dua bank besar nasional, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Pendanaan ini dinilai memperkuat struktur keuangan emiten jasa pertambangan tersebut di tengah agenda ekspansi dan pemulihan kinerja.

Fasilitas pinjaman tersebut terdiri atas kredit investasi sebesar Rp 3,39 triliun dengan tenor lima tahun serta kredit modal kerja senilai Rp 1,6 triliun dengan tenor dua tahun. Seluruh fasilitas kredit itu disepakati dengan skema suku bunga compounded INDONIA 90 hari ditambah margin, dengan tingkat bunga efektif sekitar 6,75 persen.

Direktur dan Sekretaris Perusahaan Darma Henwa, Mukson Arif Rosyidi menjelaskan, bahwa dana pinjaman tersebut akan dimanfaatkan untuk mendukung penguatan operasional perusahaan.

“Fasilitas kredit investasi akan digunakan untuk refinancing serta membiayai pembelian mesin serta alat berat dan/atau alat pendukung lainnya. Sedangkan fasilitas kredit modal kerja ditujukan untuk refinancing dan modal kerja,” ungkap Mukson Arif Rosyidi dalam keterangannya, dikutip Holopis.com, Selasa (30/12/2025).

Sebelum memperoleh fasilitas pinjaman tersebut, DEWA disebut telah aktif menjajaki berbagai alternatif pendanaan jangka pendek, termasuk pembentukan sindikasi pinjaman. Langkah itu dilakukan untuk menjaga likuiditas perusahaan, baik dalam memenuhi kebutuhan modal kerja maupun belanja modal (capital expenditure/capex).

Analis Henan Putihrai Sekuritas, Irsyady Hanief, menilai upaya tersebut sejalan dengan perbaikan struktur neraca perusahaan. “Upaya itu dimungkinkan oleh peningkatan fleksibilitas neraca keuangan, seiring proses reklasifikasi ekuitas yang sedang berjalan,” tulis Irsyady Hanief dalam risetnya.

Ke depan, prospek saham DEWA juga ditopang oleh peluang kembalinya aktivitas operasional di tambang Bengalon milik PT Kaltim Prima Coal (KPC). DEWA berharap dapat kembali beroperasi penuh setelah kontrak sebagai sub-kontraktor berakhir pada akhir 2025, dengan proses pengosongan lokasi dijadwalkan pada kuartal I-2026.

Selain proyek Bengalon, perusahaan juga membidik sejumlah kontrak baru. Di antaranya satu kontrak dari PT Arutmin Indonesia serta dua kontrak lain di luar wilayah kerja KPC–Arutmin. Tambahan kontrak tersebut dinilai berpotensi memberikan visibilitas pendapatan yang lebih jelas dalam beberapa tahun mendatang.

Target Saham DEWA

Dengan prospek pendapatan yang dinilai semakin solid, Henan Putihrai Sekuritas melakukan pembaruan proyeksi kinerja DEWA. Proyeksi tersebut disesuaikan dengan rencana ekspansi perusahaan dan peningkatan aktivitas operasional.

Asumsi utama dalam proyeksi itu adalah kenaikan volume pengupasan lapisan penutup atau overburden (OB) menjadi sekitar 158–164 juta bcm pada periode 2026–2027. Peningkatan volume tersebut diperkirakan akan mendorong perbaikan outlook pendapatan DEWA secara berkelanjutan.

Sejalan dengan hal tersebut, Henan Putihrai Sekuritas mempertahankan rekomendasi buy untuk saham DEWA. Target harga saham DEWA juga direvisi naik menjadi Rp 750 per saham, dari sebelumnya Rp 500.

Rekomendasi tersebut mempertimbangkan proses pemulihan (turnaround) DEWA yang masih berlangsung, serta diperkuat oleh optimalisasi neraca keuangan dan percepatan pertumbuhan usaha. Dengan dukungan pendanaan besar dan prospek kontrak baru, saham DEWA dinilai memiliki daya tarik tersendiri di mata investor.

Tampilan Utama