Mengapa Sinterklas Digambarkan Membagikan Hadiah di Hari Natal?
HOLOPIS.COM, JAKARTA - Sosok Sinterklas yang identik dengan jubah merah, janggut putih, serta kebiasaan membagikan hadiah kepada anak-anak pada Hari Natal bukanlah gambaran yang muncul begitu saja. Karakter tersebut lahir dari perpaduan sejarah, nilai keagamaan, dan tradisi budaya yang berkembang selama berabad-abad, hingga akhirnya melekat kuat dalam perayaan Natal di berbagai negara.
Ini dia asal muasal Sinterklas digambarkan suka membagikan hadiah dan menyebarkan kebahagiaan di Hari Raya Natal.
Berawal dari Sosok Santo Nikolas
Asal-usul Sinterklas berakar pada tokoh Santo Nikolas, seorang uskup yang hidup pada abad ke-4 di Myra, wilayah yang kini berada di Turki. Santo Nikolas dikenal luas karena kedermawanannya dan kepeduliannya terhadap anak-anak serta kaum miskin. Berbagai kisah menyebutkan bahwa ia kerap memberikan bantuan secara diam-diam, seperti emas atau hadiah, kepada keluarga yang membutuhkan tanpa ingin diketahui siapa pun. Tindakan memberi secara tulus inilah yang kemudian membentuk citra Sinterklas sebagai sosok dermawan pembawa hadiah.
Tradisi memberi hadiah lalu dikaitkan dengan perayaan Natal karena Natal dipahami sebagai momen kelahiran Yesus Kristus, yang dalam ajaran Kristen melambangkan kasih dan anugerah terbesar dari Tuhan kepada manusia. Nilai kasih, pengorbanan, dan berbagi tersebut kemudian diwujudkan secara simbolis melalui kebiasaan saling memberi hadiah, terutama kepada anak-anak, dengan Sinterklas sebagai representasinya.
Seiring waktu, gambaran Sinterklas berkembang melalui pengaruh budaya Eropa dan Amerika. Pada abad ke-19, puisi A Visit from St. Nicholas memperkenalkan sosok Sinterklas yang datang pada malam Natal, masuk melalui cerobong asap, dan meninggalkan hadiah. Citra ini kemudian diperkuat oleh ilustrasi, film, dan media populer hingga akhirnya Sinterklas dikenal secara global sebagai simbol kegembiraan, keajaiban, dan semangat berbagi di Hari Natal.