Upaya Damai Ukraina – Rusia, AS Dorong Zona Ekonomi Bebas di Donbas
HOLOPIS.COM, JAKARTA – Rencana perdamaian terbaru antara Amerika Serikat dan Ukraina memunculkan wacana baru terkait wilayah timur Ukraina yang saat ini diduduki Rusia. Dalam proposal tersebut, kawasan yang direbut Rusia disebut berpotensi dijadikan zona demiliterisasi atau zona ekonomi bebas sebagai upaya mengakhiri kebuntuan konflik.
“Zona demiliterisasi atau zona ekonomi bebas bisa menjadi salah satu cara untuk menyelesaikan kebuntuan terkait masa depan Donbas,” kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, dikutip Holopis.com, Kamis (25/12).
Rusia sendiri menginginkan penguasaan penuh atas seluruh wilayah Donbas, termasuk daerah yang hingga kini belum berhasil mereka kuasai. Ukraina menolak tuntutan tersebut dan menyebutnya tidak dapat diterima.
Rincian rencana perdamaian ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan keamanan di Rusia. Pada Rabu, dua polisi dilaporkan tewas akibat ledakan bom di Moskow. Insiden tersebut menjadi yang kedua dalam tiga hari terakhir setelah seorang jenderal Rusia tewas dalam serangan sebelumnya.
Ukraina belum mengonfirmasi keterlibatan dalam rangkaian serangan tersebut, meski sebelumnya pernah mengklaim tanggung jawab atas aksi serupa. Menurut koresponden Sky News di Moskow, Ivor Bennett, serangan-serangan itu dapat menjadi upaya Kyiv untuk mengubah narasi dalam perundingan damai serta menunjukkan bahwa Ukraina masih mampu menyerang Rusia di wilayahnya sendiri.
Rencana perdamaian yang direvisi ini tertuang dalam dokumen 20 poin yang dipublikasikan pada Rabu, menyusul pembicaraan antara pejabat Amerika Serikat dan Ukraina di Miami. Zelenskyy menyebut usulan zona ekonomi bebas dari AS sebagai opsi potensial, namun belum menjadi kesepakatan final.
Zona ekonomi bebas umumnya memiliki aturan berbeda dibanding wilayah lain dalam suatu negara, seperti pajak yang lebih rendah serta regulasi kepabeanan dan perdagangan yang lebih longgar.
Zelenskyy menyatakan bahwa Amerika Serikat dan Ukraina telah berhasil mendekatkan banyak posisi dalam negosiasi, namun masih menemui jalan buntu terkait persoalan wilayah. Ia juga menyampaikan keinginannya untuk bertemu langsung dengan Donald Trump guna membahas isu-isu sensitif di tingkat pemimpin negara.
Selain Donbas, masa depan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia yang merupakan fasilitas nuklir terbesar di Eropa juga masih menjadi ganjalan. Amerika Serikat mengusulkan agar pembangkit tersebut dikelola melalui konsorsium yang melibatkan AS, Ukraina, dan Rusia, namun hingga kini belum tercapai kesepakatan.