HOLOPIS.COM, JAKARTA – Kekeringan diperkirakan berdampak pada lebih dari 4,6 juta orang di Somalia, atau sekitar seperempat dari total populasi negara tersebut. Informasi itu disampaikan juru bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Senin (22/12).
Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB, Stephane Dujarric, mengatakan mitra-mitra PBB mencatat sedikitnya 120.000 orang terpaksa mengungsi antara September hingga Desember tahun ini. Kondisi tersebut dipicu melonjaknya harga air, kelangkaan pangan, kematian ternak, serta runtuhnya mata pencaharian masyarakat.
“Lonjakan harga air, semakin langkanya makanan, kematian hewan ternak, dan hilangnya mata pencaharian telah memaksa puluhan ribu orang meninggalkan rumah mereka,” ujar Dujarric, dikutip Holopis.com, Selasa (23/12).
Ia menambahkan bahwa sektor pendidikan turut terdampak serius. Lebih dari 75.000 murid di berbagai wilayah Somalia terpaksa putus sekolah akibat memburuknya kondisi kemanusiaan.
Menurut Dujarric, musim kemarau berikutnya yang diperkirakan berlangsung antara Januari hingga Maret berpotensi memperparah krisis kekeringan. Kondisi tersebut dikhawatirkan meningkatkan kelangkaan air dan memperbesar angka kematian ternak, sehingga risiko kerawanan pangan di banyak wilayah Somalia semakin tinggi.
Pihak berwenang setempat pun meminta bantuan mendesak untuk mencegah kolapsnya mata pencaharian di sektor penggembalaan dan pertanian, serta menghindari jatuhnya korban jiwa yang sebenarnya dapat dicegah. Dujarric memperingatkan bahwa empat bulan ke depan akan menjadi periode yang sangat krusial, mengingat musim hujan berikutnya diperkirakan baru akan datang pada April 2026.
PBB bersama mitra-mitra kemanusiaannya saat ini telah dikerahkan untuk mendukung penilaian situasi di lapangan, memetakan ketersediaan stok bantuan, serta mengoordinasikan respons darurat di sektor air, pangan, gizi, kesehatan, dan tempat penampungan.
Kemudian, Dujarric juga menyebutkan bahwa Dana Tanggap Darurat Pusat PBB telah mengalokasikan bantuan sebesar 10 juta dolar AS pada akhir November. Namun, ia menegaskan bahwa dukungan tambahan dalam jumlah jauh lebih besar masih sangat dibutuhkan untuk menangani krisis kemanusiaan di Somalia.



