Pemimpin Thailand dan Kamboja Telponan dengan Trump, Bahas Apa?


Oleh : Darin Brenda Iskarina

HOLOPIS.COM, JAKARTA - Perdana Menteri sementara Thailand Anutin Charnvirakul dan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet mengonfirmasi telah melakukan pembicaraan via telepon secara terpisah dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Jumat (12/12) untuk membahas eskalasi konflik perbatasan antara kedua negara.

“Thailand terpaksa melakukan tindakan balasan demi melindungi nyawa dan harta benda rakyatnya,” ujar Anutin, dikutip Holopis.com, Minggu (14/12).

Anutin menjelaskan, dalam percakapannya dengan Trump, ia menyampaikan bahwa Kamboja dinilai lebih dahulu melanggar deklarasi perdamaian bersama karena tidak menarik pasukan sesuai kesepakatan. Kondisi tersebut, menurutnya, memicu jatuhnya korban jiwa serta kerugian material di pihak Thailand.

Ia menambahkan, Thailand hanya melakukan respons terbatas sebagai bentuk perlindungan. Anutin menegaskan bahwa gencatan senjata baru dapat terwujud apabila Kamboja menarik pasukannya dari wilayah perbatasan dan membersihkan ranjau darat yang masih tersebar di kawasan tersebut.

Sementara itu, Hun Manet menyampaikan bahwa dirinya telah berbicara melalui telepon dengan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim pada Kamis (11/12), serta melakukan panggilan terpisah dengan Trump pada Jumat.

“Kamboja selalu berpegang pada penyelesaian sengketa secara damai sesuai dengan Deklarasi Bersama Kuala Lumpur,” kata Hun Manet.

Hun Manet juga mengusulkan agar militer atau lembaga Amerika Serikat dan Malaysia memanfaatkan kemampuan pengumpulan informasi yang dimiliki, termasuk citra satelit pada saat kejadian dan 24 jam setelahnya, untuk memverifikasi pihak yang pertama kali melepaskan tembakan.

Dalam unggahan di media sosial pada Jumat, Trump menyatakan bahwa Thailand dan Kamboja telah sepakat untuk kembali pada perjanjian damai awal yang sebelumnya ia mediasi tahun ini, dengan bantuan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim.

Ketegangan di perbatasan Thailand-Kamboja kembali meningkat sejak Minggu (7/12) sore, menyusul bentrokan bersenjata yang memicu saling tuding antara kedua pihak. Insiden tersebut menimbulkan korban jiwa, dengan sedikitnya 10 warga sipil Kamboja dan 11 tentara Thailand dilaporkan tewas, serta ratusan ribu warga terpaksa mengungsi.

Konflik ini berawal dari bentrokan pada 24 Juli di sepanjang wilayah perbatasan kedua negara. Kedua pihak saling menuduh telah melanggar hukum internasional.

Upaya meredakan konflik sebelumnya dilakukan melalui kesepakatan rincian gencatan senjata yang ditandatangani pada 7 Agustus dalam pertemuan luar biasa Komite Perbatasan Umum di Kuala Lumpur. Selanjutnya, pada 26 Oktober, Thailand dan Kamboja menandatangani deklarasi perdamaian bersama di sela Konferensi Tingkat Tinggi ke-47 ASEAN di Kuala Lumpur.

Tampilan Utama
/