HOLOPIS.COM, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) merespons santai tudingan yang menyeret namanya sebagai penyebab bencana banjir yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Menurut Zulhas, isu tersebut berawal dari sorotan publik terhadap kawasan Taman Nasional Tesso Nilo di Riau, yang kerap dikaitkan dengan deforestasi.
Namun, Zulhas menegaskan bahwa kondisi geografis dan peristiwa bencana yang terjadi di Sumatera tidak memiliki hubungan langsung dengan wilayah tersebut.
“Yang dipermasalahkan Kepada Zulkifli Hasan Tesso Nilo di Provinsi Riau. Sementara Provinsi Riau itu tidak ada bencana apapun. Tapi bencana itu (Aceh hingga Sumatera Utara) yang salah Zulkifli Hasan, termasuk di Thailand dan Malaysia. Ya nggak apa-apa, saya maafkan,” ujarnya kepada wartawan, dikutip Holopis.com, Selasa (9/12/2025).
Zulhas juga menepis tuduhan bahwa dirinya yang kala itu menjabat sebagai Menteri Kehutanan periode 2009–2014, pernah menerbitkan izin pembukaan lahan di kawasan Tesso Nilo.
Ia menegaskan bahwa izin semacam itu tidak pernah dikeluarkan oleh siapa pun di pemerintahan, termasuk dirinya. Pasalnya, penerbitan izin tersebut menyalahi aturan perundang-undangan.
“Tidak ada Menteri Kehutanan yang berani memberi izin, nggak ada. Tidak hanya saya, Menteri Kehutanan mana pun nggak mungkin berani kasih izin di Tesse Nilo. Kalau kasih izin di Tesso Nilo, maka dia masuk penjara, langsung. Karena pidana,” jelasnya.
Ia kemudian menjelaskan bahwa kerusakan Taman Nasional Tesso Nilo telah terjadi jauh sebelum dirinya menjabat sebagai Menteri Kehutanan.
Kawasan itu, kata Zulhas, sejak era reformasi sudah diserbu masyarakat, dan kini dihuni sekitar 50 ribu orang. Situasi tersebut tentu menjadi tantangan serius bagi penegakan hukum.
“Kok Tesso Nilo nya rusak? Lah waktu reformasi diserbu. Di situ ada 50 ribu masyarakat sekarang. Terus salahnya Zulkifli Hasan apa? Kata orang salah semuanya. Ya saya terima aja, nggak apa-apa,” tuturnya.
Sebelumnya, keramaian soal Tesso Nilo kembali mencuat setelah potongan dokumenter Years of Living Dangerously (2014) viral lagi di media sosial pasca banjir besar yang melanda Sumatra.
Dalam dokumenter tersebut, aktor Hollywood Harrison Ford mempertanyakan kerusakan hutan Sumatra dan hubungan erat antara bisnis serta politik dalam isu deforestasi.
“Dalam 15 tahun terakhir 80 persen hutan dieksploitasi secara komersial… ada hubungan yang terlalu kuat antara bisnis dan politik di negeri ini,” ujar Harrison Ford dalam video itu.
Ford juga mengkritik keras kondisi hutan di Tesso Nilo yang menurutnya hanya menyisakan 18 persen kawasan asli.
“Kami berada di Tesso Nilo… itu tidak lucu. Hanya 18 persen yang tersisa… Itu menghancurkan, itu memilukan melihatnya,” tegas Ford.
Menjawab kritik Ford, Zulhas menjelaskan bahwa Indonesia saat itu masih berada pada fase awal reformasi, sehingga penegakan regulasi belum optimal.
“Tadi saya sudah jelas ini bukan Amerika, memang berbeda. Kami baru mengalami apa yang disebut dengan reformasi, oleh karena itu kami buat program untuk mencoba memindahkan mereka, mencari lahan pengganti,” katanya.



