Indonesia ‘Menjual’ Masa Depan Kreatif ke Dana Abadi UEA
HOLOPIS.COM, DUBAI – Indonesia Investment Forum (IIF) 2025 di Dubai bukan sekadar ajang promosi investasi konvensional. Melalui event yang diinisiasi Bank Indonesia, KJRI Dubai, Kementerian Investasi, dan Kemenekraf, Indonesia secara resmi memamerkan 'menu' investasi yang menantang yakni aset non-tradisional yang berakar pada kreativitas dan teknologi.
Alih-alih hanya mengandalkan sumber daya alam, delegasi Indonesia fokus mengarahkan pandangan investor Timur Tengah ke sektor yang oleh Menteri Ekraf Teuku Riefky Harsya disebut memiliki high-resilience (daya tahan tinggi) dan nilai multiplikatif yang besar.
“Pasar Timur Tengah sangat cerdas dalam mencari diversifikasi. Kami hadir bukan dengan komoditas, melainkan dengan ekosistem. Visi kami jelas yaitu memperkuat jejaring investasi untuk memastikan modal yang masuk menciptakan nilai tambah, baik bagi ekosistem digital kita maupun mitra di UEA,” tegas Menteri Riefky.
Strategi yang paling mencuri perhatian adalah perpaduan antara proyek infrastruktur digital futuristik dengan potensi waralaba kuliner skala masif. Deputi Bidang Pengembangan Strategis Kemenekraf, Cecep Rukendi, memaparkan tiga project owner yang menjadi etalase ekonomi kreatif Indonesia:
- KEK Singhasari (Jawa Timur): Kawasan yang diproyeksikan sebagai creative hub dan rumah bagi komunitas digital nomad, menawarkan insentif pajak menarik bagi startup dan pengembangan aplikasi global. Ini adalah janji Indonesia sebagai pabrik talenta digital.
- KEK ETKI Banten: Fokus pada produksi subsektor digital berat, mulai dari studio animasi kelas internasional, pengembangan game, hingga fasilitas pasca-produksi film, menjadikannya 'pipa' konten Asia Tenggara.
- JOSS Group (Bakso Rusuk Joss): Proyek ini menawarkan gastronomic equity. Bukan sekadar makanan, JOSS Group dipresentasikan sebagai model bisnis kuliner yang teruji skalabilitasnya, siap menerima investasi untuk ekspansi global dan standarisasi kualitas ala waralaba internasional.
“Kami menunjukkan bahwa investasi di Indonesia tidak lagi hitam-putih. Ada ruang untuk kolaborasi masif, dari pembangunan data center hingga membangun jaringan 'Bakso Sultan' yang siap diekspor ke seluruh dunia,” jelas Deputi Cecep.
Forum ini juga mempertegas prioritas pembangunan berkelanjutan (ESG) dan pariwisata. Bank Indonesia dan Kemenekraf merekomendasikan lima proyek yang siap ditanam modal:
- South Kalimantan Waste Management Project (Infrastruktur Berkelanjutan)
- Aceh Lhoknga Golf & Marine Sport Development (Pariwisata & Olahraga)
- North Sumatra Toba Caldera Resort (Pariwisata Premium)
- KEK Singhasari (Digital & Kreatif)
- KEK ETKI Banten (Digital & Kreatif)
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Aida S. Budiman, menggarisbawahi komitmen ini. “IIF di Dubai ini mencerminkan visi bersama kita untuk menarik investasi berkualitas di sektor-sektor yang dapat menopang pertumbuhan ekonomi jangka panjang, termasuk infrastruktur ramah lingkungan dan ekonomi kreatif,” katanya.
Sesi one-on-one business meetings dilaporkan mencatatkan minat yang tinggi, menjadi indikator bahwa narasi Indonesia yang memadukan infrastruktur digital, aset pariwisata premium, dan kekuatan tak terduga dari kuliner lokal berhasil resonansi dengan selera investasi di Timur Tengah. Dubai kini menjadi tolok ukur kesiapan Indonesia memasuki era baru diplomasi investasi.