Gaza Makin Terpuruk Meski Gencatan Senjata Berlaku
HOLOPIS.COM, JAKARTA - Jalur Gaza masih berada dalam kondisi darurat kemanusiaan meski gencatan senjata antara Israel dan Hamas sudah diberlakukan sejak 10 Oktober lalu. Memasuki hari ke-50, situasi di lapangan belum menunjukkan perbaikan berarti bagi lebih dari 2 juta penduduk yang kini bertahan di tenda dan lokasi pengungsian.
Berbagai fasilitas umum mengalami kerusakan parah. Sistem air dan sanitasi tidak berfungsi optimal, sampah serta puing bangunan menumpuk, sementara akses jalan masih banyak yang tertutup. Kondisi tersebut semakin parah karena rumah sakit kehabisan pasokan medis dasar dan masih beroperasi dalam keterbatasan seperti saat masa perang.
Union of Municipalities di Jalur Gaza memperingatkan bahwa kota-kota menghadapi kelangkaan bahan bakar yang semakin serius akibat blokade Israel. Wakil presiden Alaa al-Din al-Batta mengatakan pasokan yang masuk sejak gencatan senjata hanya cukup untuk lima hari kerja.
“Israel terus menghalangi masuknya bahan bakar yang dibutuhkan untuk mengoperasikan fasilitas-fasilitas vital,” ujarnya dikutip Holopis.com, Senin (1/12).
Kondisi ini membuat pembersihan jalan, pemindahan puing, hingga layanan bagi pengungsi tidak dapat berjalan semestinya.
Al-Batta meminta kiriman generator, sistem tenaga surya, suku cadang mesin, hingga alat berat untuk mendukung pekerjaan kemanusiaan di lapangan. Ia menilai keterlambatan bantuan dapat melumpuhkan layanan publik sepenuhnya.
Rumah Sakit Kehabisan Obat dan Tenaga Medis
Di sektor kesehatan, fasilitas medis melaporkan kekurangan obat-obatan, alat operasi, hingga bahan laboratorium. Direktur bantuan medis di Gaza, Bassam Zaqout, menyebut rumah sakit masih menggunakan sumber daya yang sama seperti saat perang berlangsung tanpa adanya perbaikan terhadap fasilitas yang rusak.
Pembatasan Israel terhadap delegasi medis internasional juga memperparah kondisi. Layanan spesialis mata bahkan terancam berhenti karena kerusakan alat diagnosis dan kurangnya obat. Otoritas kesehatan menyebut sedikitnya 4.000 pasien glaukoma berisiko kehilangan penglihatan jika tidak mendapatkan pasokan darurat.