Arifki Ungkap Akar Konflik PSI vs PDIP

8 Shares

HOLOPIS.COM, JAKARTA – Direktur Eksekutif Aljabar Strategic Indonesia, Arifki Chaniago, menilai memanasnya saling sindir antara politisi PSI Ahmad Ali dan politisi PDIP Guntur Romli menggambarkan perebutan ruang politik yang kian sempit di level nasional.

Persaingan ini, kata Arifki, bukan lagi sebatas perbedaan ideologi, melainkan pertarungan untuk menguasai perhatian publik.

- Advertisement -Hosting Terbaik

“Pertarungan wacana PSI–PDIP sekarang seperti dua pengemudi yang memaksa masuk ke satu jalur sempit. Keduanya punya ceruk pemilih yang mirip. PSI mengusung Jokowi sebagai ikon, sementara PDIP sejak lama punya Megawati. Jangan lupa, Jokowi dulunya juga kader PDIP,” jelas Arifki dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com, Kamis (27/11/2025).

Ia menilai gesekan tersebut timbul karena kedua partai memperebutkan segmen yang sama: pemilih nasionalis, pemilih muda, dan masyarakat digital yang kini sangat menentukan arah politik nasional.

- Advertisement -

Apalagi saat ini banyak partai sedang merapikan struktur internal untuk menghadapi kompetisi beberapa tahun ke depan.

Arifki menambahkan, gaya komunikasi kedua partai turut memperkeruh suasana. PSI memilih strategi cepat: satir, serangan kilat, dan manuver yang mudah viral.

Sementara PDIP yang selama ini dikenal lebih konvensional, kini ikut turun dengan gaya komunikasi yang lebih agresif agar tak dianggap pasif.

“Dalam jalur sempit seperti ini, setiap langkah berisiko. PSI sesekali mencoba menyalip dengan narasi baru, sementara PDIP mempertahankan kecepatan dengan serangan balik. Karena mereka bermain di ruang yang sama, benturan wacana tak terelakkan,” ujarnya.

Arifki Chaniago
Direktur Eksekutif Aljabar Strategic Indonesia, Arifki Chaniago. [Foto : Istimewa]

Menurut Arifki, situasi ini menandakan peta politik Indonesia sedang berubah. Jika dulu ruang politik didominasi partai besar, kini ruang tersebut menyempit karena publik digital menjadi wasit utama.

Kecepatan merespons dan kemampuan membangun simbol lebih menentukan dibanding mesin partai itu sendiri.

“Ruang wacana kini ditentukan seberapa cepat sebuah partai bereaksi. Yang lambat tersalip, yang terlalu cepat bisa tak terkendali. Jadi duel PSI vs PDIP bukan hanya soal sindir-menyindir, tetapi perebutan kendali opini publik,” tegasnya.

Ia menambahkan bahwa ke depan jalur politik tidak akan semakin lebar. Justru makin padat, makin ramai, karena publik punya akses penuh untuk menilai setiap narasi yang muncul.

“Pertarungan PSI dan PDIP ini baru prolog. Jika dua partai saja sudah bersenggolan, bayangkan nanti ketika banyak aktor lain ikut masuk ke jalur yang sama. Pertempuran wacana akan menjadi arena utama menuju 2029,” tutup Arifki.

- Advertisement -
Ikuti kami di Google News lalu klik ikon bintang. Atau kamu juga bisa follow WhatsaApp Holopis.com Channel untuk dapat update 10 berita pilihan redaksi dan breaking news.
8 Shares
💬 Memuat kolom komentar Facebook...
Cloud Startup - Bikin Website Kamu Makin Ngebut

Berita Terkait

Terbaru

holopis holopis