HOLOPIS.COM, JAKARTA – Indonesia secara resmi mengakhiri status Kejadian Luar Biasa (KLB) polio tipe 2 setelah melalui rangkaian upaya masif, termasuk pemberian hampir 60 juta dosis imunisasi tambahan kepada anak-anak selama masa respons.
Pengumuman ini sekaligus menandai keberhasilan pemerintah dalam menghentikan penyebaran virus yang sempat muncul kembali di berbagai daerah.
Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa tidak ada lagi temuan virus polio sejak Juni 2024, baik pada anak-anak maupun lingkungan.
Kondisi ini yang kemudian menjadi dasar bagi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk secara resmi menutup KLB polio tipe 2 di Indonesia pada 19 November 2025.
“Kita berhasil menghentikan penyebaran polio di Indonesia berkat dedikasi tenaga kesehatan, komitmen orang tua dan seluruh masyarakat agar anak-anak diimunisasi, serta dukungan mitra,” ujar Menkes Budi dalam keterangannya di Jakarta, dikutip Holopis.com, Jumat (21/11/2025).
Meski begitu, Budi menekankan pentingnya kewaspadaan. Ia mengingatkan bahwa risiko polio tetap ada, khususnya di daerah dengan cakupan imunisasi yang masih rendah.
“Setiap anak berhak mendapatkan perlindungan. Kita harus terus bekerja sama agar polio tidak kembali dengan memastikan semua anak menerima imunisasi polio lengkap sesuai usia,” katanya.
Dari sisi internasional, apresiasi turut disampaikan WHO. Direktur Regional WHO untuk Pasifik Barat, Dr Saia Ma’u Piukala menyebut keberhasilan Indonesia sebagai kontribusi penting dalam menjaga kawasan tetap bebas polio.
“Saya mendorong 38 negara dan wilayah di Pasifik Barat untuk tetap waspada. Suatu hari nanti, polio hanya tinggal sejarah. Sampai saat itu tiba, kita harus melanjutkan imunisasi,” katanya.
Menurutnya, pencapaian Indonesia memperkuat kapasitas seluruh wilayah Pasifik Barat untuk mempertahankan status bebas polio yang telah diraih selama 25 tahun.
Sebagai informasi, KLB polio tipe 2 di Indonesia berlangsung sejak Oktober 2022, ketika kasus pertama ditemukan di Aceh. Dalam dua tahun berikutnya, kasus juga tercatat di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Maluku Utara, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan.



