HOLOPIS.COM, JAKARTA – Para peternak telur ayam yang tergabung dalam Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) menyatakan dukungan penuh terhadap pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Mereka menyatakan kesiapannya untuk menjadi pemasok utama telur berkualitas bagi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), dengan harga yang telah disepakati, yakni Rp 27.500 per kilogram (kg).
Ketua Presidium Pinsar Petelur Nasional (PPN), Yudianto Yosgiarso menegaskan komitmen tersebut usai rapat koordinasi dengan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dan seluruh peternak dari berbagai daerah di kantor Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta, Rabu (19/11/2025).
Ia menjelaskan bahwa keputusan memberikan harga khusus di bawah Harga Acuan Penjualan (HAP) ini dilakukan demi kelancaran program MBG, yang digagas Presiden Prabowo Subianto untuk memperbaiki gizi anak di Indonesia.
“Kami dari peternak ini sudah sepakat bahwa kami tidak mengambil nilai yang tertinggi untuk Rp 30.000/kg, karena sangat memberatkan. Supaya program MBG ini bisa berjalan lancar, kami hanya membanderol dengan angka Rp 27.500/kg,” ujarnya dalam konferensi pers, dikutip Holopis.com, Kamis (20/11/2025).
Namun, Yudianto memberikan syarat untuk mendapat harga Rp27.500 per kg tersebut, dimana pembelian telur ayam harus dilakukan langsung dari peternak yang tergabung dalam koperasi.
“Nah, ini kami harapkan, kami harapkan SPPG membeli langsung kepada kami para peternak yang ada di dalam kooperasi-kooperasi,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa harga tersebut diberlakukan khusus untuk wilayah Jawa. Sementara di daerah lain, seperti Papua dan Kalimantan, harga akan disesuaikan dengan biaya distribusi.
“Tentunya ini kita bicara daerah Jawa, karena kalau untuk seperti di Papua, di Kalimantan, ini ada nilai (berbeda) yang dikarenakan dari (biaya) distribusi,” ujarnya.
Yudianto juga mengungkapkan bahwa harga telur di tingkat peternak saat ini berada di kisaran Rp 24.000–26.500/kg. Ia mempertanyakan mengapa harga telur bisa melonjak tinggi di tingkat konsumen. Padahal seharusnya, pedagang masih memiliki margin keuntungan jika menjual di bawah HAP Rp30.000/kg.
“Maka disini kita clear-kan sekali bahwa kami di tingkat peternak ini saat ini menjual telur saat ini ya, saat ini itu masih rata-rata di bawah Rp 26.000. Nah ini kan siapa yang bermain gitu,” tegasnya.



