Nilai etos kerja dan kemandirian inilah yang harus diresapi oleh generasi yang terobsesi pada scrolling tanpa batas. Menciptakan sebuah karya ukir yang rumit, sebagaimana yang terpatri di Masjid Mantingan peninggalannya, jauh lebih bernilai daripada ribuan video pendek tanpa makna.
Hal tersebut membuktikan bahwa berfokus pada kualitas dan mastery jauh lebih unggul daripada kuantitas dan kecepatan.
Menghadapi Tragedi dengan Kekuatan Mental Anti-Instan
Kisah Sultan Hadlirin juga mengajarkan ketahanan mental dalam menghadapi tantangan terberat. Walaupun beliau harus mengakhiri hidupnya secara tragis karena intrik politik istana Demak, warisan dan semangatnya tidak pernah mati. Kematiannya justru memicu keteguhan istrinya, Ratu Kalinyamat, yang kemudian menjadi pemimpin maritim tangguh.
Ketahanan mental Hadlirin yang ditempa dari merantau membuatnya sanggup memimpin di tengah gejolak politik. Hal ini sangat relevan bagi kaum muda yang kerap mengalami burnout atau tekanan mental akibat perbandingan hidup di media sosial.
Sultan Hadlirin mengajarkan bahwa masalah dan kegagalan adalah bagian dari proses kepemimpinan, dan mentalitas kuat adalah modal utama yang tak ternilai harganya.
Seorang pengamat sosial menekankan betapa pentingnya warisan budaya ini diserap oleh generasi sekarang. Beliau menyatakan bahwa kisah Sultan Hadlirin merupakan cetak biru tentang daya tahan dan warisan abadi.
Beliau datang sebagai pendatang, membangun Jepara dari nol dengan keahlian praktis, dan meninggalkan karya yang abadi, bukan sekadar popularitas sesaat.
Pengamat tersebut menambahkan bahwa generasi muda perlu memahami bahwa pencapaian sejati memerlukan waktu, keringat, dan penolakan terhadap godaan untuk menjadi anti-instan.
Pada akhirnya, cerita Sultan Hadlirin adalah panggilan keras bagi generasi yang “terlalu termakan FYP” untuk mengalihkan pandangan dari layar gawai dan mulai menggali potensi diri secara mendalam.
Mereka didorong untuk meninggalkan budaya instan, fokus pada pembangunan skill yang kokoh (seperti seni ukir Jepara yang mendunia), dan membangun etos kerja yang kuat.



