Mengenal Ajaran Stoikisme yang Kerap Disalahpahami Gen Z
HOLOPIS.COM, JAKARTA - Salah satu aliran filsafat yang sedang tren terutama di kalangan Gen Z, dan juga yang paling terkenal di antara mereka adalah ajaran Stoikisme, yakni ajaran yang menekankan pada pengendalian diri dan kesederhanaan.
Stoikisme merupakan aliran filsafat yang berasal dari Romawi Kuno dengan tiga ajaran fundamentalnya, yakni Logika, Etika, dan Fisika. Ketiganya merupakan bagian yang saling terhubung dan tidak terpisahkan satu sama lain.
Secara sederhananya, aliran filsafat ini mengajarkan dalam menjalani perasaan sakit, atau mengalami masalah tanpa mengeluh atau menampilkan emosi. Hal ini berarti, menjalani hidup dengan emosi yang bersifat positif dan mengurangi emosi yang bersifat negatif dalam diri sendiri.
Namun, sebagian besar Generasi Z alias Gen Z gagal paham mengenai apa yang diajarkan oleh ajaran stoikisme tersebut, dan menjalaninya dengan cara yang tidak sesuai dengan yang diajarkan dalam ajaran stoikisme yang sesungguhnya.
Hanya karena stoikisme mengajarkan bahwa terdapat sesuatu yang tidak dikendalikan, bukan berarti kita mengabaikan hal tersebut sama sekali, seolah-olah hal tersebut memang ditakdirkan untuk terjadi kepada hidup kita.
Hal serupa juga terdapat dalam ajaran stoikisme yang mengajarkan untuk membuang emosi negatif yang diartikan secara harfiah dengan tidak menggunakan bagian dari emosi yang kita miliki tersebut.
Ajaran sesungguhnya dari stoikisme adalah untuk menerima sesuatu yang telah terjadi dengan cara yang tidak berlebihan seperti tidak berlarut-larut dalam kesedihan, melakukan sesuatu karena sedang marah, melakukan sebuah pertimbangan di saat sedang merasa senang dan lain sebagainya.
Pada hakikatnya, mengalami hal emosional merupakan suatu hal yang wajar dalam hidup manusia, dan hal itu tentunya juga dikatakan dalam ajaran stoikisme sendiri. Tetapi, hal yang tidak wajar adalah dengan menunjukkan perilaku emosional secara berlebihan.
Intinya, ajaran ini menekankan mengenai keseimbangan hidup dan mengajari kita untuk senantiasa hidup dalam kebijaksanaan tanpa melakukannya secara berlebihan, yang ujungnya malah merugikan diri sendiri.