ICEFF 2025: 50 Peserta Pegiat Ekraf Terpilih Bakal Dapat Pendanaan Syariah
HOLOPIS.COM, BANDUNG - Ajang Islamic Creative Economy Founders Fund (ICEFF) 2025 di Bandung telah memasuki tahap bootcamp dan pitching, mempertemukan 50 pegiat ekonomi kreatif (Ekraf) yang lolos kurasi ketat. Seleksi ini dilakukan dari total 1.471 pendaftar, di mana hanya sekitar tiga persen peserta terbaik yang berhak mempresentasikan proposal bisnis mereka di hadapan lembaga keuangan syariah.
ICEFF 2025, inisiatif dari Kementerian Ekonomi Kreatif (Ekraf), adalah arena pertarungan ide sekaligus jembatan menuju pendanaan syariah yang inklusif. Menteri Ekraf, Teuku Riefky Harsya, menegaskan bahwa program ini bukan hanya sekadar uang, tapi juga janji untuk "naik kelas."
"ICEFF 2025 kembali untuk memberi kesempatan bagi para pegiat ekraf untuk naik kelas. Kami mendorong mereka mendapat pendampingan sekaligus pembiayaan berbasis syariah," ujar Menteri Riefky, menyoroti urgensi pembiayaan yang berkelanjutan dan etis.
Pertemuan di Bandung ini menjadi babak lanjutan setelah sebelumnya digelar di Demak dan Depok. Bandung bukan dipilih tanpa alasan. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat, Iendra Sofyan, membeberkan fakta mengejutkan bahwa Jawa Barat adalah rumah bagi 1,5 juta unit usaha ekraf per Juni 2019, dengan kontribusi tenaga kerja industri kreatif mencapai 42,6 persen dari total tenaga kerja provinsi.
"Kontribusi ini menunjukkan betapa masifnya pergerakan ekonomi kreatif di Jawa Barat," kata Iendra, yang disambut meriahnya pembukaan bootcamp dengan alunan angklung tradisional.
Di tengah optimisme ini, Kepala Sub Direktorat Pengembangan Skema Pembiayaan, Helmi Suhendry, mengingatkan betapa ketatnya pintu masuk dari 1.471 pendaftar, hanya 50 yang dianggap layak. Angka ini mencerminkan tingginya kualitas dan potensi dari para peserta yang hadir.
Selama tiga hari penuh (29-31 Oktober 2025) di Holiday Inn Pasteur, para peserta tidak hanya beradu argumen saat pitching. Mereka disuguhi "amunisi" berupa materi fundamental bisnis dari nama-nama besar di dunia wirausaha.
Direktur Pengembangan Akses Pendanaan, Pembiayaan, dan Investasi Kementerian Ekraf, Anggara Hayun Anujuprana, membuka wawasan para peserta tentang spektrum pendanaan.
"Pegiat ekonomi kreatif memiliki akses terhadap berbagai sumber pembiayaan, mulai dari perbankan, securities crowdfunding, koperasi, hingga skema tokenisasi. Setiap instrumen dapat disesuaikan dengan kebutuhan usahanya," jelas Anggara.
Sesi paling dinanti adalah mentorship dari CEO Young Entrepreneur Academy, Shindy Purnamasari, yang membedah 7 elemen fondasi bisnis, dan Jaya Setiabudi (Founder YEA dan Yukbisnis Indonesia) yang berbagi resep ampuh 5 cara menaikkan profit, integrated marketing, dan ekosistem bisnis.
M. Yanuar Pranuradhi, Staf Khusus Menteri Ekraf, menutup sesi dengan menegaskan relevansi industri ini, merujuk pada dokumen visi misi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto yang mencantumkan kata ‘industri kreatif’ dan ‘ekonomi kreatif’ sebanyak 10 kali. Ini sejalan dengan 8 kluster prioritas Kementerian Ekraf yang dikenal sebagai ASTA EKRAF.
Para pejuang ekraf yang lolos ini kini bukan hanya berjuang untuk usahanya sendiri, tetapi juga menjadi perwakilan dari visi besar pemerintah dalam memajukan ekonomi melalui jalur kreatif yang berlandaskan prinsip syariah. Kisah mereka adalah cerminan semangat kewirausahaan Indonesia: kompetitif, terkurasi, dan berorientasi masa depan.