HOLOPIS.COM, JAKARTA – Kepala BNPB Letjen Suharyanto mengingatkan masyarakat mengenai potensi bencana bensar di balik keindahan Maluku Utara.
Hal tersebut disampaikan Suharyanto saat Rapat Koordinasi Penanganan Darurat Bencana Hidrometeorologi di Provinsi Maluku Utara pada Senin (30/6).
Dimana di Provinsi Maluku Utara pada pada periode semester pertama tahun 2025 tercatat sebanyak 76 kali kejadian bencana hidrometeorologi basah yang tersebar di 48 kecamatan.
BACA JUGA
- Longsor Landa Dua Kecamatan di Kabupaten Tanggamus
- Lagi, Karhutla Kompak Landa Provinsi Aceh dan Sumatera Utara
- Erupsi Eksplosif Gunung Lewotobi Laki-laki Kolom Abu Capai 18.000 Meter
- Tanah Longsor di Kabupaten Bandung Barat, Satu Orang Meninggal
- Ribuan Warga Kabupaten Bantaeng Mulai Bersihkan Sisa Banjir Bandang
Peristiwa bencana di Maluku Utara didominasi oleh kejadian banjir dan banjir bandang sebanyak 32 kejadian, angin puting beliung 5 kejadian, cuaca ekstrem 8 kejadian, banjir rob 1 kejadian, tanah longsor 11 kejadian, abrasi 3 kejadian, erupsi gunungapi 2 kejadian, dan bencana lainnya 14 kejadian.
Sementara itu, wilayah yang paling banyak mengalami kejadian bencana adalah Kabupaten Halmahera Selatan dengan total 19 kejadian bencana.
Kedatangan Kepala BNPB ke Provinsi Maluku Utara merupakan respon dari kejadian banjir besar yang melanda sebagian wilayah di Pulau Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan pada Sabtu (22/6).
Banjir yang merendam puluhan permukiman warga ini mengakibatkan sebanyak 3.301 Kepala Keluarga (KK) atau 14.071 jiwa terdampak. Peristiwa ini mengakibatkan satu orang meninggal dunia dan 1.313 orang lainnya mengungsi.
“Bantuan untuk Maluku Utara silakan dipakai. Bantuan ini sifatnya kebutuhan dasar bagi warga terdampak. Tolong pada masa tanggap darurat yang hanya seminggu ini, yakinkan kebutuhan dasar masyarakat terdampak yang mengungsi terpenuhi. Makan, minum, air bersih, dan pakaian bersih tolong dicek satu-satu berjenjang,” kata Suharyanto.
Suharyanto juga menegaskan kepada pemerintah daerah agar periode masa tanggap darurat tidak perlu terlalu lama. Pemerintah daerah perlu segera memikirkan fase rehabilitasi dan rekonstruksi bagi warga terdampak.
“Jika ada kejadian bencana seperti banjir ini, jika airnya sudah mulai surut, maka kita pemerintah harus cepat berpikir “rakyat saya mau dikemanakan ini?”. Apakah masih bisa tinggal di daerah tersebut? Apakah aman jika tahun depan terjadi hujan dengan intensitas tinggi seperti yang terjadi kali ini? Apakah harus relokasi warga atau mana infrastruktur yang harus diperbaiki maksimal” jelasnya.
Belajar dari kasus banjir bandang yang melanda Kota Ternate pada tahun 2024 lalu, Kepala BNPB mengingatkan pemerintah daerah setempat terkait bagaimana kondisi wilayah terdampak setelah satu tahun pasca kejadian. Suharyanto berharap upaya perbaikan infrastruktur di hulu sungai penyebab banjir bandang dapat segera diselesaikan. Terlebih jika masyarakat menghendaki tetap tinggal di wilayah yang sama.
“Dalam penanganan bencana ini, tahap rehabilitasi dan rekonstruksi ini juga penting, baik jangka menengah dan jangka panjang.” tegas Suharyanto.
Disamping penanganan bencana banjir, pada kesempatan rakor ini, Kepala BNPB turut membahas terkait potensi risiko bencana yang disebabkan oleh gunungapi. Hal ini dikarenakan terdapat lima gunungapi aktif yang termasuk dalam wilayah administratif Maluku Utara yaitu Gunung Gamalama di Kota Ternate, Gunung Ibu dan Gunung Gamkonora di Halmahera Barat, Gunung Dukono di Halmahera Utara, dan Gunung Kie Besi di Halmahera Selatan.
Saat ini tiga gunungapi tersebut berada di tingkat aktivitas II dengan status waspada adalah Gunungapi Ibu, Gamalama, dan Dukono. Sedangkan Gunung Gamkonora dan Kie Besi berada di Level I dengan status normal.
“Saat ini Gunung Ibu fluktuatif sejak erupsi tahun lalu, kepada Bupati dan Kalaksa saya ingatkan jangan meremehkan tingkat aktivitas gunungapi. Kapan mereka akan erupsi kita tidak bisa mengetahui dengan pasti. Maka jika ada peringatan kenaikan tingkat aktivitas gunung kita harus siap siaga. Jangan menunggu ada korban baru bertindak!” tutupnya.
