HOLOPIS.COM, JAKARTA – Tak sekadar urusan agama, Produk Halal kini menjadi bagian dari gaya hidup sehat yang diminati oleh semua kalangan, termasuk mereka yang bukan beragama Islam alias Non-Muslim.
Hal inilah yang coba dimanfaatkan oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag) RI melalui kerja sama strategis dengan Global Australian Halal Certification (GAHC), yang diteken di Jakarta, pada Kamis (26/6).
Menteri Perdagangan (Mendag), Budi Santoso menegaskan bahwa, konsumen produk halal kini tak hanya terbatas pada umat Islam, melainkan sudah merambah komunitas non-muslim yang sadar kesehatan dan kebersihan.
BACA JUGA
“Produk bersertifikat halal tidak hanya menarik bagi warga muslim, namun juga bagi warga nonmuslim. Produk halal menawarkan kebersihan, keamanan, dan manfaat bagi kesehatan,” ujar Mendag, dikutip Holopis.com, Jumat (27/6).
“Penggunaan produk halal telah berkembang menjadi gaya hidup,” imbuhnya.
Ke depan, Kemendag dan GAHC akan berkolaborasi mendorong ekspor produk halal ke pasar Australia, yang disebut ramah wisatawan muslim dan memiliki potensi besar sebagai konsumen.
Pada 2024, impor produk halal Australia mencapai USD 8,13 miliar, tumbuh 14,13 persen per tahun. “Indonesia menempati peringkat ke-7 sebagai pemasok produk halal untuk Australia dengan pertumbuhan ekspor mencapai 29,96 persen per tahun,” ujar Mendag Busan.
Dalam lima tahun terakhir, tren konsumsi produk halal dunia meningkat sebesar 8,31 persen, dengan total nilai pasar mencapai USD 1,3 triliun. Produk halal Indonesia sendiri didominasi oleh empat sektor utama, yakni makanan, modest fashion, farmasi, dan kosmetika.
Dengan kerja sama ini, diharapkan GAHC dapat menjadi pintu masuk bagi UMKM Indonesia untuk pasar Australia, sekaligus memfasilitasi keikutsertaan buyer asal Australia dalam Trade Expo Indonesia 2025.
“Kami harapkan kerja sama ini dapat turut meningkatkan buyer Australia, khususnya untuk sektor produk halal, pada gelaran TEI 2025. Kami juga berharap diaspora bisa menjadi importir produk Indonesia di negara tujuan,” tandas Mendag.
