JAKARTA – Sekretaris Jenderal Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI), Denny Sanusi menyambut baik perayaan Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili, yang jatuh pada hari ini, Rabu 29 Januari 2025.
Menurutnya, keputusan pemerintah yang menjadikan perayaan Imlek sebagai salah satu hati libur nasional, menandakan bahwa kondisi kebhinekaan Indonesia masih tetap terjaga.
Denny mengatakan, Imlek harus menjadi salah satu kesempatan besar bagi warga Tionghoa untuk menunjukkan pentas budayanya kepada masyarakat luas, sehingga kesan warga Tionghoa yang cenderung menutup diri menjadi makin sirna.
Baca juga :
“Berkah perayaan Imlek dapat dirasakan oleh seluruh etnis Tionghoa dengan makin berkurangnya sentimen negatif yang biasanya dihembuskan seiring dengan ajang politik tertentu,” kata Denny dalam keterangannya, seperti dikutip Holopis.com, Rabu (29/1).
Dia mengatakan, perayaan Imlek ini mengingatkan kebijaksanaan Pemerintah Indonesia yang menetapkan Konghucu sebagai agama ke-6 di Indonesia. Hal ini tentu sangat berarti karena mayoritas warga Tionghoa beragama Konghucu.
“Sehingga semua yang dulu dianggap tabu di masyarakat Indonesia sudah diakui negara dengan keluarnya kebijakan ini,” jelasnya,
Denny Sanusi yang merupakan mantan Ketua Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) itu juga turut mengapresiasi keterlibatan warga non-Tionghoa dalam perayaan Imlek dari tahun ke tahun.
Menurutnya, hal ini akan sangat baik bagi masyarakat dalam mengenal kebudayaan, karena pertukaran kebudayaan bisa semakin mempererat tali silaturahmi antargolongan masyarakat.
Contohnya, kata dia, saat ini sering dijumpai bahwa permainan barongsai dan liong bukan hanya dimainkan oleh warga Tionghoa saja, tetapi juga warga secara umum.
Kemudian, lanjut dia, Imlek juga dikenal dengan ragam kulinernya yang juga bisa dibagikan kepada tetangga atau teman yang beragama Islam, seperti dodol atau kue keranjang.
Untuk itu, Denny Sanusi menilai saat ini Imlek sudah bukan perayaan agama saja, melainkan juga sebagai perayaan budaya. Pasalnya, banyak pula warga etnis Tionghoa yang beragama Islam juga merayakan Imlek.
“Saya sendiri sebagai Muslim tetap merayakan Imlek dalam konteks kebudayaan. Bagi saya, perayaan Imlek membuat saya bersyukur karena hubungan silaturahmi dengan sesama warga Tionghoa dapat dibangun melalui pintu kebudayaan,” tutupnya.