JAKARTA – Pihak berwenang Korea Selatan yang menyelidiki jatuhnya pesawat Jeju Air akhirnya memberikan laporan awal mereka kepada Badan Penerbangan PBB serta pihak berwenang Amerika Serikat, Prancis, dan Thailand.
Meskipun tidak membeberkan secara langsung apa yang sudah mereka temukan, namun penyidikan sedang fokus pada dugaan serangan burung, analisis mesin, dan struktur panduan pendaratan localizer.
“Kegiatan investigasi habis-habisan ini bertujuan untuk menentukan penyebab pasti kecelakaan,” demikian disampaikan oleh para penyidik, dikutip Holopis.com, Minggu (27/1).
Baca juga :
Tidak ada rekomendasi yang ditemukan.
Meskipun belum dikonfirmasi terkait adanya tertabrak dengan burun gsaat kecelakaan, namun pesawat sempat membuat pernyataan darurat terkait serangan burung ketika go around.
Sebagai tambahan informasi, pesawat tersebut membawa 180 penumpang dan kru, yang bertolak dari Thailand ke Korea Selatan pada hari Minggu 29 Desember 2024 silam.
Pesawat tersebut mengalami kecelakaan ketika mendarat di bagian perut pesawat, dan kemudian menabrak sebuah tembok. Akibatnya, seluruh penumpang meninggal dunia kecuali 2 kru pesawat.
Jeju Air sebelumnya sudah pernah mengalami kecelakaan sejak didirikan tahun 2005. Di tahun 2007, sebuah Bombardier Q400 yang dioperasikan Jeju Air yang saat itu membawa 73 penumpang keluar dari landasan akibat angin kencang. Kecelakaan itu menyebabkan belasan orang luka-luka.
Hingga saat ini, penyebab pasti kecelakaan pesawat Jeju Air belum diketahui. Kecelakaan pesawat Jeju Air ini pun menambahkan sejarah yang kelam terhadap dunia penerbangan Korea Selatan.