JAKARTA – Presiden Amerika Serikat yang baru saja dilantik, Donald Trump membahas isu sensitive di Amerika dalam pidato pelantikannya. Donald Trump secara gamblang mengatakan bahwa ia akan mengakhiri kebijakan pemerintah yang mencoba untuk merekayasa ras serta gender ke dalam setiap aspek kehidupan publik dan juga pribadi.
“Kami akan membentuk masyarakat yang buta warna (tidak memandang ras) dan berdasarkan prestasi. Mulai sekarang, kebijakan resmi pemerintah Amerika Serikat adalah bahwa hanya ada dua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan,” kata Donald Trump, dikutip Holopis.com, Selasa (21/1).
Ucapan pro dan kontra di antara masyarakat Amerika Serikat itu langsung disambut dengan heboh dan semangat di antara para hadirin di acara pelantikan Donald Trump tersebut.
Ia juga berjanji akan mempekerjakan kembali para anggota militer yang dipecat karena menolak mandat vaksin Covid-19.
“Minggu ini saya akan mempekerjakan kembali setiap anggota militer yang dikeluarkan secara tidak adil dari militer karena menolak mandat vaksin Covid dengan bayaran penuh,” kata Donald Trump.
Donald Trump juga membahas untuk memfokuskan angkatan bersenjata mereka agar hanya fokus pada misi mengalahkanm usuh-musuh Amerika. Donald Trump mengumumkan ambisinya untuk menjadikan Amerika Serikat sebagai negara dengan militer terkuat di dunia.
“Seperti pada tahun 2017, kita akan kembali membangun militer terkuat yang pernah ada di dunia,” ucap Donald Trump.
Seperti diberitakan Holopis.com sebelumnya, Donald Trump resmi dilantik menjadi presiden Amerika Serikat yang ke 47, pada hari Senin (20/1). Dalam sumpah untuk meresmikan masa jabatan presidennya yang kedua, pidato Donald Trump fokus pada membahas kebijakan-kebijakan yang ia sebut akan memperbaiki kemunduran Amerika Serikat.
Sebagai informasi, Donald Trump menjadi presiden kedua yang kembali berkuasa setelah sebelumnya sempat kalah. Sementara itu terkait tudingan kriminal yang dilayangkan kepadanya, seperti menyogok bintang porno dan kejahatan lainnya resmi batal diselidiki di bulan November, ketika Donald Trump memenangkan pemilu.