JAKARTA – Jerawat merupakan kondisi peradangan kulit yang umum terjadi pada sebagian besar orang –setidaknya semua orang pasti pernah memiliki 1-2 jerawat dalam hidupnya. Entah itu
Setuju tidak kalau ada yang mengatakan, “Tak ada yang senang dengan jerawat?” Ya, karena kemunculan benjolan merah (terkadang menyakitkan), mau besar atau kecil, sedikit atau banyak, selalu meresahkan. Makanya tak heran, orang selalu berusaha menghilangkannya, baik dengan sabun muka khusus kulit berjerawat hingga krim atau serum antijerawat.
Jerawat muncul disebabkan banyak faktor. Di antaranya genetika, hormon, lingkungan yang kotor, produk kulit yang tidak cocok, obat-obatan, kondisi kesehatan tertentu hingga makanan.
Faktor-faktor inilah yang membuat kondisi jerawat pada tiap orang juga berbeda. Ada jerawat yang muncul 1-2 lalu hilang dalam hitungan hari. Ada juga yang wajahnya berjerawat penuh dan butuh bantuan dokter kulit untuk menyembuhkannya.
“Jangan dipencet! Nanti jerawatnya bisa makin banyak, loh!”
“Rutin minum rebusan daun sirih saja, jerawatmu pasti hilang dan mukamu mulus lagi.”
Ada banyak sekali kepercayaan orang tentang jerawat. Entah itu mitos belaka atau fakta, Anda tak akan mengetahuinya sebelum mencobanya sendiri.
Namun alih-alih mencoba dan kondisi jerawat di muka makin parah, lebih baik langsung simak 5 mitos tentang jerawat dan diet yang nggak boleh banget kamu percaya berikut ini:
Mitos #1
Cuma anak remaja yang berjerawat
Nah loh, padahal banyak sekali orang dewasa yang mukanya berjerawat, loh.
Salah satu penyebab jerawat muncul adalah adanya perubahan hormone. Perubahan hormon ini umumnya menyebabkan peningkatan sebum (minyak di kelenjar kulit) dan peningkatan pertumbuhan sel kulit. Jika keduanya dikombinasikan dengan penumpukan sel kulit tua, maka jerawat bisa timbul.
Kebanyakan orang mengalami jerawat di masa puncak pubertasnya, dan beberapa berlanjut hingga masa dewasa (disebut jerawat persisten). Ada juga beberapa orang yang baru berjerawat (timbul lambat) setelah berusia 25 tahun –sangat jarang terjadi.
Dari beberapa penelitian diperkirakan jerawat terjadi pada usia 20–29 tahun sebanyak 50%, usia 30–39 sebanyak 35%, usia 40-49 tahun sebanyak 26%, dan usia 50 tahun sebanyak 15%.
Umumnya jerawat yang terjadi pada orang dewasa ini disebabkan oleh genetika, hormon dan kelainan endokrin, stres, penggunaan kosmetik yang salah, merokok tembakau, pola makan yang tidak sehat, obat-obatan tertentu, juga faktor lainnya.
Oleh karena penyebabnya berbeda, maka pengobatan jerawatnya juga berbeda, begitu juga dengan pengobatan jerawat pada remaja dan orang dewasa –dibedakan juga pada tingkat keparahan.
Mitos #2
Cokelat buruk bagi kulit
Hingga kini penelitian tentang cokelat menjadi penyebab atau memperburuk jerawat ada banyak sekali, dan kebanyakan hasilnya satu sama lain masih bertentangan.
Ada penelitian kecil yang mengatakan jerawat mudah timbul setelah mengkonsumsi cokelat daripada jelly beans, tapi itupun tidak terbukti.
Ada juga penelitian yang lain terhadap 14 pria dewasa muda yang “rentan berjerawat”. Mereka disebutkan mengkonsumsi tablet kakao dan hasilya jerawat muncul sedikit lebih buruk. Tapi penelitian itu juga tak memiliki cukup bukti.
Pada penelitian lain mala tidak ditunjukkan sama sekali hubungan antara mengkonsumsi cokelat atau produk yang mengandung coklat dengan timbulnya jerawat. Alasannya karena cokelat mengandung bahan seperti gula dan susu, yang mungkin lebih berkontribusi terhadap kondisi kulit beberapa orang alih-alih si kakao (bahan utama cokelat) itu sendiri.
Pada penelitian-penelitian tersebut juga tidak dijelaskan mengenai latar belakang responden, mulai dari riwayat kesehaatan, lingkungan, makanan, obat-obatan yang dikonsumsi, hingga perilaku –karena semuanya itu berkonstribusi besar terhadap timbulnya jerawat.
Mitos #3
Produk susu penyebab timbulnya jerawat
Sama halnya dengan cokelat, apakah produk susu bisa menyebabkan jerawat masih kontroversi.
“Diduga jenis produk susu tertentu dapat menyebabkan jerawat. Kemungkinannya disebabkan oleh peningkatan sekresi insulin dan kadar IGF-1 dari produk susu, yang kemudian bisa menyebabkan peningkatan kadar hormon androgen dan produksi sebum,” terang Jillian Greaves, MPH, RD, LDN, ahli diet integratif dan fungsional kepada Healthline.
Hingga saat ini sudah ada banyak sekali penelitian observasional yang mengeksplorasi hubungan antara jerawat dan berbagai jenis produk susu. Itu termasuk susu dengan berbagai kandungan lemak, keju, dan es krim. Dan hasilnya tidak pernah sampai pada kesimpulan yang konsisten.
Yang penting untuk dicatat adalah, meski penelitian observasional menunjukkan adanya korelasi (hubungan), data yang tersedia tetap tidak cukup untuk menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat.
Jadi kesimpulan sementara, produk susu mungkin menimbulkan masalah bagi sebagian orang, tapi tidak bagi sebagian lainnya.
Mitos #4
Makanan berminyak menyebabkan jerawat
Artinya, jika jerawat disebabkan oleh produksi minyak berlebih di kelenjar sebaceous, maka mengonsumsi makanan berminyak bisa menambah jerawat, begitu?
Tidak sesederhana itu, ternyata. Sebuah survei terhadap penderita jerawat, 71% dari mereka memang mengira makanan berminyak dan gorengan penyebab jerawatnya timbul. Namun faktanya, hingga kini belum ada tuh penelitian yang membuktikan hal tersebut.
“(Jika hanya) Makanan saja, jarang menjadi penyebab jerawat. Tapi makanan tertentu pada orang dengan penyakit tertentu mungkin memperkuat dinamika timbulnya jerawat, seperti orang dengan masalah gula darah, peradangan, atau ketidakseimbangan usus,” kata Jillian.
Gorengan atau makanan yang diolah dengan banyak minyak memang dikaitkan dengan peradangan –salah satu penyebab jerawat. Tapi hal tersebut tidak berlaku pada burger dan kentang goreng. Di sisi lain, jika mengkonsumsi makanan yang kandungan asam lemak omega-3 tinggi (lemak sehat), jenis lemak ini justru membantu menurunkan risiko peradangan. Itu artinya, jerawat tidak berpotensi muncul.
Mitos #5
Kurangi gluten untuk menghasilkan kulit yang bersih
Penyakit celiac –kondisi autoimun yang mengharuskan penderitanya diet bebas gluten- dikaitkan dengan peningkatan risiko beberapa kondisi kulit, salah satunya eksim. Tapi sejauh ini belum ada penelitian yang menunjukkan hubungan kuat antara penyakit celiac dengan jerawat.
Tidak ada juga bukti kuat yang menunjukkan ada hubungan antara gluten dengan jerawat atau berhenti mengkonsumsi gluten akan menghilangkan jerawat –pada orang yang menderita atau tidak menderita celiac.
Selain itu, menghindari gluten tanpa alasan medis justru bisa menyebabkan Anda kekurangan nutrisi loh. Jadi untuk mendapatkan kulit yang bersih, ada baiknya Anda fokus membangun pola makan bergizi seimbang setiap harinya. Jangankan kulit, dengan begitu saluran pencernaan Anda juga akan ‘bersi’.
Cobalah konsultasikan masalah jerawat Anda dengan dokter kulit dan ahli diet untuk mencari pola makan yang tepat bagi Anda. Jangan asal comot informasi dari internet dan mempraktikkannya. Dikhawatirkan bukannya sembuh, jerawat Anda makin meradang.