JAKARTA – Andri (45 tahun) sebut saja demikian, punya kebiasaan menyebalkan buat keluarganya. Matanya tak pernah lepas dari layar ponselnya untuk men-scroll video-video pendek dari berbagai media sosial (medsos).
Jika awalnya dia berdalih hanya mengisi waktu luang, pada akhirnya sebagian besar waktunya digunakan untuk menonton video-video pendek di media sosial itu. Masalah mulai muncul ketika Andri mulai merasakan akibat dari kebiasaannya itu.
Pertama dia mulai terputus komunikasi verbal dan interaksinya dengan orang-orang di sekitarnya. Keluarga yang pada awalnya memaklumi kebiasaan Andri, akhirnya semakin mengabaikan Andri dengan perilaku dan kecanduannya tersebut.
Kemudian Andri mulai merasa sering “kehilangan” waktu karena kecanduannya. Waktunya dihabiskan tanpa sadar dengan men-scrolling video-video yang bisa berubah topik hanya dalam hitungan menit.
Namun yang lebih parah saat Andri mulai mudah lupa beberapa hal yang sederhana. “Sering apa yang sudah ada di pikiran sulit tersampaikan dengan kosa kata pas yang terlupakan,” kata Andri.
Dia juga semakin sulit untuk fokus pada hal-hal yang membutuhkan waktu panjang, misalnya untuk membaca buku atau menonton film panjang.
Kondisi yang dialami Andri dan mungkin banyak orang saat ini disebut sebagai kondisi brain rot atau pembusukan otak. Oxford University Press mengumumkan kata brain rot sebagai Word of the Year 2024.
Kondisi ini terjadi ketika kondisi mental atau intelektual manusia mengalami kemerosotan akibat menonton konten-konten singkat yang berubah dalam waktu singkat itu. Akibatnya otak kebanjiran dopamine terus menerus secara instan.
Dopamine sendiri sebenarnya adalah neurotransmiter atau zat kimia alami di dalam otak yang muncul saat manusia merasa senang. Zat ini akan membantu manusia untuk bertahan, focus dan menemukan hal-hal menyenangkan.
Dopamine berfungsi saat manusia belajar, memunculkan motivasi, dan mengatur detak jantung. Meski menyehatkan dalam jumlah normal, dalam jumlah berlebihan dopamine bisa berbahaya dan menurunkan produktivitas manusia.
Sejumlah penelitian akademis dari berbagai lembaga termasuk sekolah kedokteran Harvard, Universitas Oxford, dan King’s College London membuktikan internet menyusutkan ‘materi abu-abu otak’, memperpendek rentang perhatian, melemahkan memori, dan mendistorsi proses kognitif manusia.
Materi abu-abu dalam otak memungkinkan kontrol gerakan, ingatan, dan emosi. Materi utama ini terdiri dari badan sel saraf, yang memproses dan melepaskan informasi.
Jika Andri baru mencapai tingkat efek kehilangan fokus, jika keterusan efek negatif lain pada Kesehatan mental bisa muncul. Seperti munculnya kecemasan, depresi, hingga perasaan kosong dan perasaan tak berarti.
Bagaimana ini bisa terjadi? Karena otak terus menerus dibombardir dengan stimulus berlebihan akibat tontonan berdurasi cepat itu, hingga menjadi statis saat menghentikan aktivitas tersebut. Otak langsung merasa bosan.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2022 menemukan bahwa 30% remaja yang aktif di media sosial melaporkan merasa tidak bahagia dengan diri mereka sendiri. Menurut data dari Kementerian Kesehatan, sekitar 40% remaja di Indonesia mengalami gangguan tidur akibat penggunaan media sosial yang berlebihan.
Apa kemudian yang bisa dilakukan untuk menghentikan brain rot dan kecanduan video singkat ini :
1. Lakukan diet media social. “Sisihkan waktu 30 hari untuk mengambil jeda dari teknologi dalam hidup Anda,” demikian kata Cal Newport menyarankan cara diet media social dalam bukunya Digital Minimalism.
Nah, karena mungkin kita tak tak bisa melakukan waktu sedemikian lama, mungkin bisa dilakukan dengan membuat target berapa lama Anda mengizinkan diri Anda untuk memegang gadget dalam satu hari, lalu taati aturan tersebut.
2. Beri Batasan waktu penggunaan media social.
3. Gunakan fitur screen dan digital wellbeing di ponsel untuk memantau dan membatasi durasi penggunaan gadget.
4. Buat berbagai alternatif kegiatan lain yang berbeda, seperti membaca, olahraga luar ruangan dan mencoba keterampilan baru.
5. Jika menonton konten video, pilih tayangan yang memberi wawasan, inspirasi, juga motivasi.
6. Blokir akun-akun yang sering menyebarkan konten negatif tanpa manfaat.