KARAWANG – Pendidikan gratis di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) tampaknya hanya sekadar retorika. Salah satu SMPN di Karawang terang-terangan meminta uang partisipasi dari siswa dan orang tua.
Baru baru ini SMPN 2 Kutawaluya, Karawang mendapat sorotan karena secara terang-terangan meminta uang partisapasi sebesar 700 ribu untuk berbagai kebutuhan di sekolah, ditambah 500 ribu untuk pelepasan siswa.
Kepala Sekolah SMPN 2 Kutawaluya, Oman Rusmana membenarkan adanya pungutan tersebut dengan dalih sudah bermusyawarah dengan orang tua siswa.
“Iya, pungutan tersebut benar adanya, namun ini hasil musyawarah bersama dengan para orang tua siswa, bahkan disaksikan langsung oleh tim Saberpungli,” ujar Oman saat ditemui di ruang kerjanya, seperti dikutip Holopis.com, (16/1).
Oman menjelaskan bahwa jumlah partisipasi yang diminta berbeda-beda tergantung tingkat kelas. “Kelas 7 dikenakan Rp 500.000, kelas 8 Rp 700.000, dan kelas 9 Rp 700.000, ditambah uang pelepasan sebesar Rp 500.000,” ungkapnya.
Menurut Oman, dana yang terkumpul dialokasikan untuk berbagai kegiatan dan kebutuhan sekolah, termasuk pembelian peralatan yang masih kurang memadai. “Dana tersebut digunakan untuk berbagai keperluan sekolah,” jelasnya.
Namun, Oman menegaskan bahwa kebijakan ini tidak berlaku bagi semua siswa. Anak yatim dan siswa dari keluarga kurang mampu dibebaskan dari kewajiban membayar uang partisipasi.
“Sekitar 20 persen dari lebih dari lima ratus siswa tidak membayar uang tersebut, bahkan ada juga yang tidak melunasi semuanya,” tutupnya.
Kasus ini menimbulkan beragam reaksi dari masyarakat, mengingat janji pemerintah tentang pendidikan gratis. Transparansi dan keterlibatan orang tua dalam pengambilan keputusan diharapkan bisa menjadi solusi agar tidak menimbulkan polemik di kemudian hari.