JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ke level psikologis 7.000, atau tepatnya 7.079,56 ke level pada penutupan perdagangan hari ini, Rabu (15/1), usai menguat 1,77 persen dibanding penutupan perdagangan Selasa (14/1) kemarin.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menjelaskan, bahwa penguatan IHSG pada hari ini ditopang oleh keputusan Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuannya atau BI Rate menjadi 5,75 persen pada Januari 2025.
Pasalnya, keputusan pemangkasan suku bunga itu memicu kenaikan saham-saham di sektor keuangan, yang sekaligus menjadikan sektor tersebut menjadi indeks sektoral dengan kenaikan tertinggi pada perdagangan hari ini.
Indeks kumpulan saham-saham keuangan ini tercatat mengalami penguatan sebesar 3 persen sepanjang perdagangan berjalan. Baru kemudian disusul indeks sektor properti yang ikut melonjak 2,35 persen sepanjang perdagangan.
“Pemangkasan suku bunga ini dilakukan oleh BI untuk meningkatkan daya beli dalam negeri,” kata Nico dalam riset hariannya, seperti dikutip Holopis.com, Rabu (15/1).
Di sisi lain, Nico menilai pemangkasan suku bunga BI ini semakin mempersempit selisih dengan suku bunga The Fed. Sehingga menurutnya, keputusan bank sentral dalam negeri ini berpotensi meningkatkan capital outflow.
Namun pada perdagangan hari ini, investor asing mencatatkan beli bersih atau net buy sebesar Rp 593,86 miliar di seluruh pasar. Meskipun sepanjang tahun ini, asing masih membukukan jual bersih atau net sell sebesar Rp 3,95 triliun.
BI Pangkas Suku Bunga Acuan
Diberitakan Holopis.com sebelumnya, BI memutuskan memangkas suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps) dari yang sebelumnya di level 6 persen, menjadi berada di level 5,75 persen pada Januari 2025.
“Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 14-15 Januari 2025 memutuskan untuk menurunkan BI-Rate sebesar 5,75 persen,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu (15/1).
Seiring dengan pemangkasan BI-Rate, BI juga memutuskan memangkas suku bunga lending facility sebesar 25 bps menjadi di level 6,5 persen.
Keputusan ini konsisten dengan tetap rendahnya perkiraan inflasi 2025 dan 2026, yang terkendali dalam sasaran 2,5 persen plus minus 1 persen, atau 1,5-3,5 persen.
“Serta terjaganya nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamental untuk pengendalian inflasi dengan sasarannya dan perlunya upaya untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi,” tutur Perry.