JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai impor Indonesia pada Desember 2024 mencapai US$ 21,22 miliar. Angka itu meningkat 8,10 persen dibandingkan periode November 2024.
Sementara jika dibandingkan dengan Desember 2023, nilai impor Indonesia meningkat 11,07 persen. Peningkatan ini dipengaruhi oleh kenaikan permintaan barang MIGAS dan nonmigas di akhir tahun.
Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan bahwa impor migas pada Desember 2024 tercatat senilai US$ 3,30 miliar, naik 28,26 persen dari November 2024, namun turun 2,24 persen dibandingkan Desember 2023.
“Impor nonmigas Desember 2024 senilai US$ 17,92 miliar, naik 5,06 persen dibandingkan November 2024 atau naik 13,92 persen dibandingkan Desember 2023,” ujar Amalia dalam konferensi pers, seperti dikutip Holopis.com, Rabu (15/1).
Dari sepuluh golongan barang nonmigas utama, kelompok mesin atau peralatan mekanis mencatat peningkatan terbesar senilai US$ 197,2 juta, atau 6,93 persen dibandingkan November 2024.
Sebaliknya, logam mulia serta perhiasan/permata mengalami penurunan terbesar senilai US$ 143,4 juta atau 21,11 persen dibandingkan November 2024.
Amalia juga menyebutkan bahwa tiga negara pemasok impor nonmigas terbesar pada Desember 2024 adalah Tiongkok dengan US$ 7,29 miliar atau 40,65 persen, Jepang US$ 1,34 miliar 7,48 persen, dan Australia US$ 0,87 miliar atau 4,84 persen.
Adapun Impor nonmigas dari ASEAN tercatat senilai US$ 2,70 miliar atau 15,08 persen dan dari Uni Eropa sebesar US$ 1,14 miliar atau 6,38 persen dari total nilai impor nonmigas RI.
Secara keseluruhan, nilai impor berdasarkan golongan penggunaan barang selama Januari-Desember 2024 mengalami kenaikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Untuk golongan bahan baku/penolong mencatat kenaikan tertinggi sebesar US$ 8,52 miliar atau 5,29 persen, diikuti barang modal sebesar US$ 2,09 miliar atau 5,34 persen, dan barang konsumsi sebesar US$ 1,16 miliar atau 5,37 persen.