SUMENEP – Angka kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Sumenep, Madura, Jawa Timur meningkat tajam sepanjang tahun 2024. Tercatat, kasus DBD tembus 1.323 orang.
Jumlah ini naik drastis dibanding tahun sebelumnya sebanyak 268 kasus dan 210 untuk kasus tahun 2022.
Merespons hal tersebut, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Achmad Syamsuri mengatakan, sebanyak 10 orang meninggal akibat serangan penyakit DBD.
“Pada Januari ada 2 orang, Februari 2 orang, Maret 2 orang, Juli 2 orang, Oktober 1 orang, dan November 1 orang,” tuturnya, Kamis (9/1).
Pesatnya lonjakan kasus ini, kata Syamsuri, disebabkan fenomena El Nino, di mana musim kemarau memicu nyamuk semakin ganas pertumbuhannya.
“Di musim panas, nyamuk bertelur mencapai puncaknya. Karena hangatnya subu menjadikan siklus hidup nyamuk lebih cepat. Jadi, banyak telur yang netas. Ini yang bikin nyamuk meningkat pesat,” terangnya.
Namun, sebenarnya, pemicu utama kasus ini dikarenakan perilaku hidup tidak sehat yang dilakukan masyarakat.
“Kadang kala kita lalai, misalnya buang sampah sembarangan, halaman rumah kotor, ada pecahan mangkok, ban bekas, botol bekas, plastik, dan kalau hujan kayak tempurung kelapa dan mangkok jadi tampungan air hujan itu bahaya,” tambahnya.
Beruntung, tahun lalu, kasus DBD di Sumenep bukan kategori kejadian luar biasa (KLB). Sebab, kasus dan angka kematian DBD tidak naik banyak dalam jangka sebulan.
“Itu yang KLB manakala dalam kurun waktu satu bulan mengalami kenaikan besar DBD yang signifikan, dengan angka kematian sangat tinggi,” tegasnya.
Oleh karena itu, pihaknya menghimbau masyarakat lebih menjaga pola hidup sehat, termasuk terlibat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di lingkungannya sendiri.
Khusus di musim hujan, pentingnya menghindari tempat yang berpotensi menjadi tempat tertampungnya air, seperti tempat sampah, selokan, kamar mandi, tempat makan dan minum dan sejenisnya.