JAKARTA – Gaya hidup yang tak sehat membuat jumlah pasien pengakit diabetes melitus semakin meningkat. Tak hanya itu, profil pasien juga semakin muda usianya. Selain perubahan gaya hidup, tes gula darah yang rutin dan akurat bisa menjadi cara untuk mencegah penyakit ini.
Berdasarkan data dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, terjadi lonjakan prevalensi pengidap diabetes melitus di Indonesia. Jika pada Riskesdas 2018, angka kejadian diabetes melitus pada pengidap berusia kurang dari 15 tahun di Indonesia adalah 10,9, maka di tahun 2023 menjadi 11,7%
Kini ada banyak jenis tes gula darah yang bisa dilakukan tenaga medis, yaitu:
1. Tes gula darah sewaktu (GDS)
Tes gula darah sewaktu dilakukan dengan pengambilan sampel darah kapan saja. Tak perlu mempertimbangkan Waktu makan terakhir. Tes ini tentu tak bisa jadi dasar keputusan apakah Anda sudah tergolong pengidap diabetes melitus atau tidak. Dengan alat yang kini bisa dibeli di sejumlah apotik, Anda bisa melakukan tes ini sendiri.
Kondisi ideal gula darah adalah apabila angkanya berada di bawah angka 200 mg/dl. Di atas angka tersebut menurut Centers for Disease Control (CDC), dimaknai sebagai diabetes atau orang yang mengidap diabetes. Tes ini hanya bisa dilakukan pada mereka yang sudah memiliki gejala diabetes, seperti sakit kepala, rasa nyeri di sekujur tubuh, sering buang air kecil atau kehausan ekstrem.
2. Tes gula darah puasa
Tes ini dilakukan di rumah sakit atau laboratorium kesehata sebagai lanjutan dari tes gula darah puasa. Puasa yang dianjurkan biasanya selama minimal 8 jam. Tes ini dianggap cukup efektif untuk menggambarkan profil gula darah manusia.
Perhitungannya, jika hasilnya kurang dari 100 mg/dl maka dianggap normal. Prediabetes jika nilai antara 100-125 mg/dl. Prediabetes sudah dianggap sebagai lampu kuning. Namun dengan mengubah gaya hidup diharapan gula darah masih bisa diturunkan. Adapun jika pemeriksaan darah menunjukkan angka 126mg/dl atau lebih, maka kondisi ini sudah dianggap sebagai diabetes.
3. Tes Gula Darah Postprandial
Tes gula darah postprandial dilakukan 2 jam setelah makan, sesudah Anda puasa sebelumnya. Jeda 2 jam dibutuhkan karena setelah makan kadar glukosa akan naik dan normalnya hormon insulin akan mengembalikan kadar gula darah ke batas normal.
Untuk melakukan cek gula darah ini, Anda perlu berpuasa selama 12 jam dan setelahnya baru makan seperti biasa, tapi dianjurkan untuk mengonsumsi 75 gram karbohidrat. Setelah makan normal, jangan mengonsumsi apa pun lagi, dan dianjurkan untuk beristirahat dengan baik setelah makan sebelum tes kedua dilakukan.
Dalam uji kadar gula darah ini, angka rujukan untuk menentukan diabetes lebih tinggi dari tes gula darah puasa. Pada angka kurang dari 140 mg/dl manusia dianggap normal. Pada 180 mg/dl atau lebih sudah dianggap sebagai diabetes melitus.
4. Tes toleransi glukosa oral (Oral Glucose Tolerance Test, OGTT)
Tes ini dilakukan setelah 2 jam dari saat mengonsumsi 75 gram cairan glukosa diberikan oleh petugas. Sebelum melakukan cek gula darah oral, Anda juga perlu berpuasa setidaknya 8 jam. Tes gula darah ini memiliki hasil yang lebih baik dari tes gula darah puasa.
5. Tes HbA1c
Glycated hemoglobin (HbA1c) mengukur konsentrasi glikolisasi (ikatan antara gula dengan protein atau lemak) protein di hemoglobin. Hemoglobin adalah oksigen pembawa protein dalam sel darah merah. Semakin tinggi hemoglobin A1c, semakin tinggi pula tingkat gula darah.
Tes ini akan menggambarkan rata-rata konsentrasi gula darah selama 2-3 bulan terakhir.Tes glikohemoglobin atau tes HbA1c adalah pengukuran gula darah jangka panjang. Hal ini memungkinkan dokter untuk mengetahui berapa rata-rata nilai gula darah selama beberapa bulan terakhir.