JAKARTA – Video bokep atau konten-konten pornografi dewasa ini menjadi hal yang tidak lagi tabu di masyarakat. Bahkan di era digital seperti sekarang ini, konten pornografi begitu mudah di dapat hanya dengan genggaman tangan.

Banyak masyarakat yang menganggap menonton konten pornografi seperti video bokep adalah hal yang biasa dilakukan oleh pasangan suami-istri.

Kebanyakan dari mereka yang menonton video bokep beralasan untuk menemukan hal baru dalam kehidupan seksual, baik itu tentang gaya maupun semacamnya. Ada pula yang beralasan untuk membangun gairah seks pasangan.

Ya, posisi seks yang baru memang hal penting untuk diterapkan guna menghindari rasa bosan dalam berhubungan badan, yang pada akhirnya berdampak pada keharmonisan rumah tangga.

Namun Psikolog yang juga Seksolog Klinis, Zoya Amirin menganggap, bahwa semua hal yang berbau pornografi tidak baik untuk kesehatan seksual manusia.

“Semua pornografi itu tidak sehat karena membuat kita mempertanyakan kenormalan seksualitas kita,” kata Zoya dalam podcast TEMENAN di kanal YouTube Housetops Kreasi, seperti dikutip Holopis.com, Sabtu (28/12).

Dia lantas menjalaskan bagaimana bisa pornografi menjadi hal yang tidak sehat. Sebab saat menonton konten pornografi, akan timbul berbagai pertanyaan terkait kenormalan seksualitas.

Dapat dikatakan akan muncul suatu pertanyaan mengenai perbedaan kondisi diri dengan pemeran di video. Hal itu bisa terkait kondisi fisik tubuh, ukuran alat kelamin, hingga durasi dalam berhubungan seksual.

“‘Sayang di situ (di video bokep) warnanya pink kenapa kamu coklat’, studi banding. ‘Sayang kok di situ hubungan seks bisa lama kok kamu sebentar bangat’. Can You question everything about yourself,” terang Zoya.

Zoya lantas bercerita saat dirinya menyambangi sebuah industri pembuatan video bokep di California, Amerika Serikat. Di mana di sana video bokep diperankan oleh para pemeran handal, yang disebutnya sebagai ‘atlet seks’.

Dia menyebut, para atlet seks di sana telah melalui berbagai latihan yang panjang, sehingga kemampuannya tentu akan berbeda dengan masyarakat biasa. Belum lagi, adegan-adegan seksual yang dimainkan dikemas dalam sebuah produk film.

Nah dari pornografi atau wisata seks itu kan kita tidak bisa mentah-mentah kita bawa ke ranjang. Dan kalau kamu disuruh perform seperti di film apakah kamu bisa? Kan enggak.