JAKARTA – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Selasa (17/12) masih dibayangi oleh ekspektasi suku bunga Amerika Serikat (AS) yang diprediksi bakal kembali dipangkas oleh The Federal Reserve (The Fed).
Meskipun terdapat analis yang memperkirakan IHSG bakal bergerak menanjak. Namun ada pula analis yang memprediksi sebaliknya, dimana IHSG bergerak turun. Pasalnya, IHSG dalam beberapa hari terakhir selalu bergerak turun.
Sebagai informasi, bahwa IHSG pada perdagangan Senin (16/12) kemarin bergerak turun 0,90 persen atau 66 poin ke level 7.258, setelah pemerintah mengumumkan paket kebijakan ekonomi, dimana salah satunya kebijakan kenaikan tarif PPN menjadi 12 persen.
Penurunan IHSG sampai dengan perdgangan Senin kemarin masih disertai dengan net sell (jual bersih) investor asing sebesar Rp621,66 miliar. Dimana saham yang paling banyak dijual asing yaitu BBRI, TLKM, BBNI, ADRO, dan BBCA.
“IHSG hari ini berpotensi teknikal rebound (berbalik menguat). Sentimen pasar dipengaruhi oleh potensi pemangkasan suku bunga acuan 25 basis poin (BPS) oleh The Fed,” kata Retail Research Analyst BNI Sekuritas, Karina dalam riset hariannya, seperti dikutip Holopis.com.
Karina memperkirakan laju IHSG pada hari ini akan berada pada rentang support antara 7.205-7.150. Adapun level resistance IHSG pada hari ini diperkirakan berada antara 7.330-7.400.
Berbeda dengan Karina, Tim Analis Phillip Sekuritas Indonesia Research justru melihat IHSG masih berpeluang untuk terus mengalami penurunan, dengan pergerakan di rentang 7.100 untuk level support dan 7.400 untuk level resistance-nya.
Tim Analis Phillip Sekuritas menilai, pergerakan bursa saham global hari ini masih akan dipengaruhi kebijakan suku bunga berbagai negara. Utamanya suku bunga kebijakan bank sentral AS The Fed dengan ekspektasi pemangkasan sebesar 25 bps.
“Investor mencerna data ekonomi AS sambil menunggu pengumuman kebijakan moneter terakhir tahun ini dari The Fed,” ucapnya.
Perhitungan awal data S&P Global Manufacturing Purchasing Managers’ Index (PMI) AS turun ke 48,3 dari 49,7 pada November. Penurunan itu jauh di bawah ekspektasi pasar sebesar 48.9, yang memperpanjang kontraksi di sektor manufaktur AS menjadi enam bulan beruntun.