Alasan Memutuskan Bercerai Setelah Puluhan Tahun Bersama

Nadiah
Nadiah
Mahasiswi Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana.

“Cinta tidak menciptakan pernikahan. Pernikahan yang sadar, terencana, menciptakan cinta, hal yang sama terjadi dalam semua hubungan,” demikian kata Herville Hendrix, psikolog, konselor pernikahan sekaligus penulis sejumlah buku laris.

Pernikahan adalah suatu ikatan yang diharapkan dapat bertahan seumur hidup oleh setiap pasangan. Namun, kenyataannya banyak pasangan yang mengalami permasalahan dalam hubungan mereka, bahkan setelah bertahun-tahun bersama.

Dalam hubungan romantis, banyak yang berasumsi bahwa pernikahan yang langgeng identik dengan pernikahan yang sukses. Meskipun pernikahan yang bertahan lama sering kali dianggap sukses, hal ini tidak selalu menjamin keutuhan dan keharmonisan hubungan. Teori Allport menekankan pentingnya perbedaan individu dan bagaimana berbagai aspek kepribadian seseorang dapat berperan dalam hubungan tersebut. Menurut Allport, sifat-sifat kepribadian yang unik dari masing-masing individu mempengaruhi cara mereka merespons tantangan dan konflik dalam hubungan, serta cara mereka berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain (Prastika, 2019).

Dalam hubungan jangka panjang, perbedaan antara pasangan dapat menjadi sumber ketegangan. Misalnya, jika salah satu pasangan lebih terbuka terhadap perubahan dan inovasi, sementara yang lainnya cenderung menyukai stabilitas dan rutinitas, perbedaan ini bisa memicu konflik. Ketidakselarasan ini sering kali muncul ketika satu pihak berusaha mencari pengalaman baru, sedangkan pihak lainnya lebih nyaman dengan pola yang sudah terbentuk. Jika tidak diatasi dengan komunikasi yang baik, perbedaan ini dapat menyebabkan ketidaksepahaman yang terus berkembang seiring waktu. Oleh karena itu, penting bagi pasangan untuk memahami perbedaan masing-masing dan berusaha untuk saling mendukung.

Pernikahan yang bertahan selama puluhan tahun namun berakhir dengan kegagalan adalah fenomena yang kompleks dan sering kali mencerminkan berbagai dinamika psikologis. Teori kepribadian Allport memberikan kerangka yang berguna untuk memahami bagaimana kepribadian individu dan hubungan interpersonal dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu pernikahan (Ulfa, 2016).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stabilitas Dan Keberlangsungan Hubungan

  1. Kepribadian dan Individualitas
    Allport berpendapat bahwa, setiap individu memiliki kepribadian yang unik (Prastika, 2019). Dengan memahami karakteristik unik pasangan, dapat membantu kita mengenali perbedaan satu sama lain dan menciptakan hubungan yang lebih sehat. Dalam hubungan pernikahan, penting bagi pasangan untuk mempertahankan identitas dan kepribadian masing-masing. Ketika salah satu pasangan merasa kehilangan jati diri mereka dalam hubungan, hal ini dapat memicu ketidakpuasan dan potensi konflik. Dengan memahami hal ini, kita bisa lebih menerima diri kita apa adanya tanpa merasa perlu membandingkan diri kita dengan orang lain (Daraquthni, 2020).
  2. Keterikatan Emosional
    Allport juga berbicara tentang hubungan interpersonal yang dipengaruhi oleh keterikatan emosional dan keterhubungan (Daraquthni, 2020). Dalam hubungan pernikahan, kualitas keterikatan emosional antara setiap pasangan dapat menentukan kekuatan hubungan. Pasangan yang mampu berkembang bersama, saling mendukung dan berkomunikasi dengan baik cenderung memiliki hubungan yang lebih langgeng. Salah satu faktor yang mempengaruhi hubungan dalam pernikahan adalah dengan kemampuan pengelolaan emosi. Setiap Individu yang mampu mengelola emosi maka cenderung lebih stabil dalam hubungan. Allport menunjukkan bahwa individu yang memiliki keamanan emosional dapat menghadapi tantangan dengan lebih baik, sehingga menciptakan lingkungan yang aman bagi pasangan untuk berbagi perasaan (Nurpratiwi, 2010). Tentu saja dilengkapi dengan penerimaan diri yang dapat menerima diri sendiri adalah langkah penting dalam menciptakan hubungan yang sehat. Ketika seseorang merasa nyaman dengan dirinya sendiri, ia lebih mampu memberikan dukungan emosional kepada pasangan.
  3. Membangun Hubungan
    Membangun hubungan yang hangat sangat penting dalam setiap pernikahan. Dengan keintiman emosional yang mencakup kemampuan untuk berbagi perasaan, pikiran, dan pengalaman secara terbuka dengan pasangan. Keintiman membantu memperkuat ikatan emosional dan menciptakan rasa saling percaya (Ulfa, 2016).Memiliki sifat saling berempati yang berarti memahami bahwa setiap orang mempunyai karakteristik dan motivasi yang berbeda dapat membantu kita dalam mengembangkan empati. Hal ini penting untuk membangun hubungan yang lebih baik dengan pasangan, keluarga dan teman. Selain empati tentu harus dibarengi juga dengan saling toleransi yang berarti bahwa perbedaan adalah hal yang wajar membuat kita menjadi lebih toleran terhadap pandangan dan tindakan pasangan yang berbeda dengan kita.

    Dengan menciptakan pengalaman bersama dalam konteks pernikahan, yaitu pengalaman yang dibagikan dapat memperkuat ikatan antara pasangan. Allport menekankan pentingnya interaksi dan pengalaman yang menumbuhkan hubungan positif. Jika pasangan tidak menciptakan pengalaman baru dan tetap terjebak dalam rutinitas yang monoton, bisa jadi hubungan mereka akan mengalami stagnasi (Ulfa, 2016).

  4. Komunikasi yang Efektif
    Dengan memahami bahwa setiap individu memiliki cara yang berbeda dalam berkomunikasi, kita dapat menyesuaikan gaya komunikasi kita untuk menghindari kesalahpahaman. Sebaiknya kritik atau masukan disampaikan dengan cara konstruktif, sehingga pasangan merasa dihargai dan didengar dan dapat meningkatkan kualitas interaksi. Dialog terbuka dapat dilakukan agar terjalin komunikasi yang jujur dan terbuka yang sangat penting dalam menjaga hubungan. Diskusi tentang harapan, kekhawatiran dan kebutuhan masing-masing dapat menghindari kesalahpahaman dan memperkuat hubungan (Adhiyasasti, 2022).
  5. Pengambilan Keputusan Bersama
    Pasangan dalam pernikahan sering kali berasal dari latar belakang dan pengalaman yang berbeda. Allport mengingatkan bahwa perbedaan ini harus dikelola dengan baik. Menghargai perbedaan dan menemukan cara untuk berkompromi menjadi kunci untuk menjaga keharmonisan hubungan, meskipun ada perbedaan yang signifikan (Ulfa, 2016). Sudah dapat dipastikan bahwa setiap individu memiliki nilai dan prioritas yang berbeda, kita dapat menghargai perbedaan pendapat dan mencari solusi yang saling menguntungkan. Dengan pengambilan keputusan bersama dapat mengurangi kesalahpahaman dalam setiap masalah.
  6. Mengatasi Perubahan dalam Hubungan
    Konsep otonomi fungsional menekankan bahwa baik manusia maupun hubungan mengalami perkembangan dan perubahan seiring berjalannya waktu (Ulfa, 2016). Dengan pemahaman ini, kita dapat lebih mudah beradaptasi dan menerima dinamika yang terjadi dalam hubungan. Saat salah satu pasangan tumbuh secara pribadi, baik melalui pencapaian, perubahan perspektif atau pengembangan diri, dukungan dan penerimaan dari pasangan lainnya menjadi kunci.Perubahan individu seharusnya dilihat sebagai kesempatan positif untuk memperkuat hubungan, bukan sebagai ancaman. Ketika setiap pasangan saling mendukung impian dan tujuan satu sama lain, mereka secara aktif terlibat dalam pertumbuhan pribadi dan hubungan mereka. Partisipasi dalam aktivitas bersama serta pemahaman terhadap perubahan ini akan membantu pasangan menghadapi tantangan dan bertransformasi bersama. Dengan merefleksikan perjalanan hidup, setiap pasangan dapat belajar dari pengalaman mereka dan tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik, yang pada akhirnya memperkaya kualitas hubungan mereka.
  7. Konflik dan Resolusi
    Teori kepribadian Allport menekankan bahwa konflik dalam hubungan adalah sesuatu yang wajar dan tidak bisa dihindari. Konflik terjadi karena perbedaan kepribadian, nilai atau pandangan hidup antara individu. Yang penting bukanlah menghindari konflik sama sekali, melainkan bagaimana pasangan menanganinya secara konstruktif. Dalam hal ini, Allport menekankan pentingnya pemahaman dan toleransi terhadap perbedaan, serta kemampuan untuk beradaptasi dan mencari solusi yang dapat memperkuat hubungan (Ulfa, 2016).Pendekatan komunikasi yang terbuka dan konstruktif dalam menyelesaikan masalah dapat membuat pernikahan lebih kuat. Tentu saja masing-masing pasangan harus dapat mengidentifikasi sifat-sifat yang sering menjadi sumber konflik, dengan memahami sifat-sifat kardinal, sentral, dan sekunder baik diri sendiri maupun pasangan, Misalnya, jika salah satu pasangan memiliki sifat dominan yang kuat (kardinal), sementara yang lain lebih pasif, konflik dapat muncul karena perbedaan dalam pengambilan keputusan.

Faktor Penyebab Kegagalan Pernikahan (Unairnews, 2024).
Berdasarkan teori Allport, beberapa faktor penyebab kegagalan pernikahan meliputi:

1. Kurangnya Komunikasi
Ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara terbuka tentang kebutuhan dan keinginan.

2. Perbedaan Nilai dan Tujuan
Ketidaksesuaian dalam nilai-nilai dasar atau tujuan hidup.

3. Krisis Emosional
Ketidakmampuan untuk mengatasi masalah emosional, yang berasal dari kurangnya kemampuan dalam manajemen keuangan, adanya tindak kekerasan baik secara fisik maupun verbal.

4. Perselingkuhan
Munculnya pihak ketiga akibat ketidakpuasan dalam hubungan, sebagai bentuk kurangnya keintiman dalam pernikahan, konflik yang terus-menerus dan penyelesaian konflik yang buruk, perbedaan yang tidak dapat didamaikan (Unairnews, 2024).

Pembelajaran dari teori Allport dapat membantu dalam memahami dinamika pernikahan dan bagaimana faktor-faktor individu serta interaksi antar pasangan memainkan peran penting dalam keberlangsungan hubungan. Pernikahan yang berlangsung lama belum tentu menjadi jaminan pernikahan tersebut langgeng, hal ini seharusnya menjadi kesempatan bagi pasangan untuk merenungkan dan memperbaiki aspek-aspek yang mungkin telah diabaikan seiring berjalannya waktu.


Ditulis oleh : Nadiah, Charren Harren Monica Jonathan Lubis dan Laila Meiliyandrie Indah Wardani

Temukan kami juga di Google News lalu klik ikon bintang untuk mengikuti. Atau kamu bisa follow WhatsaApp Holopis.com Channel untuk dapatkan update 10 berita pilihan dari redaksi kami.

berita Lainnya
Related

Penembakan Guru Madin di Jepara dalam Perspektif Hak Asasi Manusia

Kasus penembakan yang menimpa seorang guru Madrasah Diniyah (Madin)...

Kenapa Masyarakat Memperbincangkan NPD ?

Perkembangan teknologi informasi memberi ruang yang besar bagi masyarakat...

Mengenal 7 Langkah Proses Audit Kepabeanan dan Cukai

Apabila perusahaan maupun orang pribadi yang melakukan kegiatan di...

Berita Terbaru