JAKARTA – Sekarang masyarakat sudah bisa melakukan skrining TBC (Tuberkulosis) Mandiri. Begini caranya seperti disampaikan Menteri Kesehatan (Menkes) Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin.
Menkes Budi Gunadi Sadikin mengajak masyarakat agar turut dalam penanggulangan Tuberkulosis (TBC) dengan melakukan skrining TBC mandiri. Budi mengatakan, skrining TBC sangat penting dilakukan guna mendeteksi TBC dan agar dapat melakukan pengobatan secara dini.
“Skrining itu penting, karena menjaga masyarakat kita tetap sehat itu jauh lebih murah dan kualitas hidup juga jauh lebih baik dibandingkan dengan mengobati saat (kondisinya) sudah terlambat,” terang Budi saat Peluncuran Skrining Mandiri TBC dan Kesehatan Jiwa yang dilaksanakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah, Solo beberapa waktu lalu.
Budi juga menjelaskan bahwa TBC merupakan penyakit yang mudah diobati, terutama jika si penderitanya mendapatkan diagnosa lebih cepat. Dengan kata lain, jika jika pengobatannya dilakukan lebih cepat, si penderitanya tidak akan sampai menularkan penyakitnya ke orang lain.
Yang lebih membahayakan lagi, seringkali penderita TBC tidak merasakan gejala apapun. Jadi, si penderita tidak merasa bahwa dirinya sakit. Alasan lainnya kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jateng Yunita Dyah Suminar, adalah perasaan malu jika kenyataannya ia memang mengidap penyakit ini,
“TBC itu kadang-kadang tidak bergejala. Jadi ada baiknya, jika di lingkungan kita (dicurigai) ada yang terkena TBC, ada baiknya periksakan diri ke puskesmas (terdekat) untuk dicek, siapa tahu kita sudah tertular,” Budi menambahkan.
Di puskesmas, dokter akan memastikan apakah si penderita benar terjangkit TBC atau hanya mengalami batuk biasa (atau penyakit lain). “Kalau ditemukan kasus, pengobatan akan dilakukan sampai sembuh atau minimal 6 bulan, kemudian ada drop out (berhenti minum obat). Jika lebih dari itu bisa bahaya, pasien bisa resisten terhadap obatnya dan penyakitnya malah akan semakin sulit diobati,” jelas Budi.
Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menaksir, kasus TBC di Indonesia ada satu juta penderita. Tahun lalu sudah ada 840.000 kasus yang ditemukan. Budi berharap, tahun ini kasus yang ditemukan bisa mencapai 900.000.
Apa Itu Tuberkulosis?
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri (Mycobacterium tuberculosis) –paling sering menyerang paru-paru. Penyakit ini menular melalui udara saat si penderitanya batuk, bersin, atau meludah. Anda hanya perlu menghirup sedikit saja kumannya untuk bisa terinfeksi.
Penyakit ini banyak menjangkiti orang-orang yang tinggal di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah. Di antaranya Bangladesh, Tiongkok, India, Indonesia, Nigeria, Pakistan, Filipina, dan Afrika Selatan.
Ada sekitar 10 juta orang yang terjangkit TBC setiap tahunnya. Yang ironisnya, meski penyakit ini mudah dicegah dan disembuhkan, setiap tahun ada sekitar 1,5 juta orang meninggal karenanya. Inilah alasan mengapa TBC disebut sebagai penyakit pembunuh terbesar di dunia.
Mudah-mudahan dengan adanya fitur baru skrining tuberkulosis mandiri ini ada banyak ditemukan kasus-kasus baru. Dengan begitu, pengobatan yang diberikan bisa tepat sasaran dan memotong penyebaran virus TBC.