JAKARTA – Dalam menjalani era baru mereka dan transisi ke pemerintahan baru, Suriah sudah memilih sebagai Perdana Menteri mereka yang akan memerintah negara hingga tanggal 1 maret nanti. Setelah Presiden Bashar al-Assad ditumbangkan, kelompok pemberontak Suriah saat ini sedang berusaha untuk membangun kembali pemerintahan mereka.
Bashir mengatakan bahwa ini adalah waktu untuk masyarakat Suriah dalam menikmati stabilitas dan ketenangan yang sudah lama tak mereka rasakan selama berjalannya rezim Bashar al-Assad.
“Sekarang adalah waktunya bagi masyarakat untuk menikmati stabilitas dan ketenangan,” kata Bashir, dikutip Holopis.com, Rabu (11/12).
Era Baru untuk Suriah
Kepala Hayat Tahrir al-Sham (HTS), Abu Mohammed al-Golani mengatakan bahwa ini merupakan kemenangan yang bersejarah untuk seluruh masyarakat di Suriah.
“Sebuah sejarah baru, saudara-saudaraku, sedang ditulis di seluruh wilayah setelah kemenangan besar ini,” demikian disampaikan oleh Abu Mohammed al-Golani.
Perjuangan yang dilakukan oleh para pemberontah tersebut pun membuat Bashar ditumbangkan dan melarikan diri ke Rusia. Kelompok terus dipelopori oleh HTS yang merupakan mantan afiliasi al-Qaeda.
Hal ini dinilai sebagai titik balik terbesar untuk wilayah Timur Tengah selama beberapa generasi belakangan ini.
Sementara itu, dunia internasional menyambut dengan sangat baik berakhirnya pemerintahan Assad.
Kelompok Pemberontak Butuh Banyak PR untuk Bangun Kembali Suriah
Jatuhnya presiden Bashar al-Assad dinilai akan membatasi kemampuan Iran dalam menyebarkan senjata untuk para sekutunya. Hal ini dinilai dapat merugikan pangkalan angkatan laut Rusia.
Di sisi lain, meskipun berhasil menggulingkan Bashar al-Assad sesuai dengan tujuan mereka, para anggota pemberontak masih harus dihadapi tugas yang besar dalam membangun kembali negara Suriah setelah perang.
Kondisi tak stabil dari negara itu telah menyebabkan ratusan ribu orang meninggal dunia, serta kota-kota hancur menjadi debu. Perekonomian mereka juga terpuruk akibat sanksi global.
Suriah diprediksi akan membutuhkan yang sebesar miliaran dolar, untuk membangun lagi negara mereka dari berpuluh-puluh tahun keruntuhan.