JAKARTA – Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak dasar yang melekat pada setiap individu sejak lahir, tanpa memandang ras, agama, atau kewarganegaraan. Namun, meskipun diakui secara internasional, sejarah dunia telah mencatat beberapa peristiwa yang menunjukkan pelanggaran HAM yang sangat besar dan mengerikan.
Hal ini pun bisa menambah wawasan Sobat Holopis, sekaligus menjadi pelajaran berharga terkait sejarah kelam, agar meningkatkan rasa empati dan tidak kembali mengulang sejarah di masa depan.
1. Perang Dunia II dan Holocaust
Perang Dunia II (1939-1945) membawa dampak yang sangat besar pada dunia, terutama dalam pelanggaran hak asasi manusia. Salah satu tragedi terbesar yang terjadi selama perang ini adalah Holocaust, yang dilakukan oleh rezim Nazi Jerman.
Di bawah pimpinan Adolf Hitler, sekitar 6 juta orang Yahudi dibunuh dalam upaya sistematis untuk memusnahkan seluruh populasi Yahudi di Eropa. Selain Yahudi, kelompok-kelompok lain seperti Roma, orang dengan disabilitas, serta tahanan politik juga menjadi korban kejahatan kemanusiaan ini.
Kejahatan ini memperlihatkan pentingnya perlindungan terhadap hak asasi manusia dan menuntut pembentukan instrumen internasional yang kuat untuk mencegah pelanggaran serupa terjadi di masa depan. Salah satu hasil dari tragedi ini adalah Pembentukan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia oleh PBB pada 1948.
2. Apartheid di Afrika Selatan
Apartheid adalah sistem segregasi rasial yang diberlakukan oleh pemerintah Afrika Selatan dari 1948 hingga 1994. Di bawah kebijakan ini, warga kulit hitam dipaksa untuk tinggal di area yang terpisah dari warga kulit putih dan tidak memiliki akses yang sama dalam pendidikan, pekerjaan, dan fasilitas umum. Mereka juga tidak memiliki hak untuk memilih dalam pemilu. Selama lebih dari empat dekade, jutaan orang kulit hitam di Afrika Selatan diperlakukan secara tidak adil hanya karena warna kulit mereka.
Apartheid baru berakhir pada tahun 1994 setelah perjuangan panjang yang dipimpin oleh tokoh-tokoh seperti Nelson Mandela, yang akhirnya terpilih sebagai presiden kulit hitam pertama di Afrika Selatan. Perjuangan melawan apartheid tidak hanya menyoroti ketidakadilan rasial, tetapi juga pentingnya persatuan dan rekonsiliasi dalam masyarakat pasca-konflik.
3. Pelanggaran HAM di Kampuchea (Kamboja) oleh Khmer Merah
Pada periode 1975 hingga 1979, Kamboja berada di bawah kekuasaan Khmer Merah yang dipimpin oleh Pol Pot. Dalam upayanya untuk menciptakan masyarakat agraris yang murni, Khmer Merah melakukan pembunuhan massal terhadap sekitar 1,7 juta orang. Korban terdiri dari intelektual, minoritas etnis, serta mereka yang dianggap sebagai musuh politik atau kelas atas.
Kejahatan ini termasuk eksekusi massal, kerja paksa, kelaparan, dan penyiksaan. Kejamnya rezim Khmer Merah ini memunculkan istilah “genosida” dan mendorong pembentukan pengadilan internasional yang dikenal dengan Pengadilan Khmer Merah (Extraordinary Chambers in the Courts of Cambodia) untuk mengadili para pelaku.
4. Genosida Rohingya di Myanmar
Pada 2017, sebuah krisis kemanusiaan besar terjadi di Myanmar, ketika militer Myanmar melancarkan serangan terhadap etnis Rohingya di negara bagian Rakhine. Serangan ini mencakup pembunuhan massal, pemerkosaan, pembakaran desa, dan pengusiran paksa yang memaksa lebih dari 700.000 orang Rohingya melarikan diri ke negara tetangga, Bangladesh.
Serangan ini telah dianggap oleh banyak negara dan organisasi internasional sebagai genosida. Sejak saat itu, meskipun ada upaya diplomatik dan pengadilan internasional, situasi ini belum menemukan penyelesaian yang tuntas. Kasus ini menunjukkan betapa pentingnya perlindungan hak-hak minoritas dan pengawasan internasional dalam situasi krisis.
Kasus-kasus ini tidak hanya menggugah hati, tetapi juga menjadi pengingat bagi dunia bahwa perlindungan terhadap hak asasi manusia adalah tugas yang terus menerus harus menjadi PR besar.