JAKARTA – Warga Suriah saat ini sedang melewati era baru. Presiden Bashar al-Assad baru saja digulingkan setelah pemberontak merebut ibu kota Damaskus. Akibat digulingkan, Bashar al-Assad akhirnya melarikan diri ke Rusia, sekaligus mengakhiri perang saudara yang sudah berlangsung selama 13 tahun di sana.
Tak hanya itu, kepergian Bashar juga mengakhiri 50 tahun pemerintahan dari keluarganya.
Kepala Hayat Tahrir al-Sham (HTS), Abu Mohammed al-Golani mengatakan bahwa ini merupakan kemenangan yang bersejarah untuk seluruh masyarakat di Suriah.
“Sebuah sejarah baru, saudara-saudaraku, sedang ditulis di seluruh wilayah setelah kemenangan besar ini,” demikian disampaikan oleh Abu Mohammed al-Golani, dikutip Holopis.com, Senin (9/12).
Perjuangan yang dilakukan oleh para pemberontah tersebut pun membuat Bashar ditumbangkan dan melarikan diri ke Rusia. Kelompok terus dipelopori oleh HTS yang merupakan mantan afiliasi al-Qaeda.
Hal ini dinilai sebagai titik balik terbesar untuk wilayah Timur Tengah selama beberapa generasi belakangan ini.
Sementara itu, dunia internasional menyambut dengan sangat baik berakhirnya pemerintahan Assad.
Apa Dampak Jatuhnya Bashar al-Assad?
Jatuhnya presiden Bashar al-Assad dinilai akan membatasi kemampuan Iran dalam menyebarkan senjata untuk para sekutunya. Hal ini dinilai dapat merugikan pangkalan angkatan laut Rusia.
Di sisi lain, meskipun berhasil menggulingkan Bashar al-Assad sesuai dengan tujuan mereka, para anggota pemberontak masih harus dihadapi tugas yang besar dalam membangun kembali negara Suriah setelah perang.
Kondisi tak stabil dari negara itu telah menyebabkan ratusan ribu orang meninggal dunia, serta kota-kota hancur menjadi debu. Perekonomian mereka juga terpuruk akibat sanksi global.
Suriah diprediksi akan membutuhkan yang sebesar miliaran dolar, untuk membangun lagi negara mereka dari berpuluh-puluh tahun keruntuhan.