Perkembangan teknologi informasi memberi ruang yang besar bagi masyarakat untuk lebih mudah memperoleh beragam informasi, demikian juga dengan informasi tentang Kesehatan mental. Kabar baik dari kemajuan ini adalah semakin besarnya pemahaman masyarakat mengenai isu-isu kesehatan mental atau yang biasa di-bahasakan generasi Z sebagai mental health issues dan kesadaran untuk mencari bantuan profesional. Sayangnya, hal baik ini diikuti pula dengan hal yang kurang disarankan, yaitu timbulnya kecenderungan masyarakat untuk melakukan diagnosis gangguan mental hanya berdasarkan informasi yang mereka peroleh di media online. Salah satu yang sering menjadi pembahasan netizen akhir-akhir ini adalah mengenai Narcisistic Personality Disorder (NPD).
NPD merupakan salah satu gangguan kepribadian yang ditandai oleh pola perilaku dan pikiran yang kompleks, termasuk pola kemegahan, kebutuhan untuk dikagumi, dan kurangnya empati. Definisi ini merujuk pada panduan klasifikasi gangguan mental (DSM 5) yang dikeluarkan oleh Asosiasi Psikiatri Amerika. Lebih lanjut menurut panduan ini, gangguan ini dapat berdampak signifikan terhadap hubungan interpersonal dan kualitas hidup individu yang mengalaminya. Hal ini disebabkan karena orang dengan NPD seringkali menunjukkan perilaku yang tidak menyenangkan bagi lingkungan sekitarnya, terutama orang-orang terdekatnya. Banyak pelaku KDRT dan kekerasan dalam hubungan dekat adalah orang dengan NPD, namun bukan berarti orang yang cenderung melakukan tindak kekerasan dan posesif terhadap pasangan merupakan orang dengan NPD.
Orang dengan NPD biasanya memiliki ciri dramatis, emosional, atau tidak stabil dan jumlahnya diperkirakan sekitar 1% dari populasi umum, meskipun angka ini bisa bervariasi tergantung pada metode pengukuran dan konteks budaya. Gangguan ini lebih umum terjadi pada laki-laki (50%–75%) dibandingkan perempuan. Sifat-sifat narsis mungkin sangat umum terjadi pada remaja tetapi belum tentu menunjukkan bahwa remaja tersebut akan mengembangkan gangguan kepribadian narsistik pada masa dewasanya. Masih menurut DSM 5, NPD banyak ditemukan pada usia dewasa awal (18 tahun ke atas) dan dapat bertahan sepanjang hidup jika tidak ditangani dengan tepat. Meskipun relatif jarang, NPD lebih banyak terdapat dalam budaya yang menuntut pencapaian pribadi.
DI atas telah disampaikan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental semakin meningkat karena masifnya paparan tentang isu-isu Kesehatan mental di media online. Banyak orang mulai membicarakan gangguan kepribadian dan perilaku manusia secara lebih terbuka, termasuk NPD. Pembicaraan ini juga didorong oleh upaya untuk mengurangi stigma seputar kesehatan mental dan mendukung mereka yang menghadapi gangguan psikologis. Organisasi, influencer, dan media berperan besar dalam menyebarkan informasi terkait isu-isu psikologi termasuk masalah gangguan kepribadian yang di antaranya adalah NPD.
Ketertarikan yang semakin besar untuk memahami kepribadian manusia dan perilaku ekstrem menjadi salah satu alasan untuk menjadikan NPD sebagai bahasan yang menarik di media sosial. NPD dianggap sebagai contoh kasus yang menarik karena sifatnya yang kompleks dan dramatis. Banyak orang yang penasaran tentang bagaimana seseorang dengan NPD berperilaku dalam hubungan interpersonal, pekerjaan, atau dalam situasi sosial lainnya. Kepribadian narsistik yang cenderung manipulatif dan penuh drama ini cenderung membuat lingkungan sosialnya, terutama orang-orang terdekatnya menjadi tidak nyaman. Hal ini lah yang menyebabkan buruknya hubungan antarpribadi seorang NPD. Isu ini juga menjadi bertambah menarik karena banyak yang merasa menjadi korbannya
Saking menariknya ciri kepribadian ini, NPD bahkan sering dijadikan sebagai karakter dalam film dan serial televisi, meskipun terkadang penggambarannya lebih didasari oleh stereotipe daripada diagnosis medis yang sah. Ketertarikan terhadap figur publik yang menunjukkan perilaku narsistik, seperti selebritas, politisi, atau CEO, membuat orang lebih sering membicarakan NPD, padahal mereka tidak sepenuhnya memahami gangguan tersebut.
NPD sering dikaitkan dengan hubungan yang toksik atau manipulatif. Banyak orang yang merasa menjadi korban ketika memiliki hubungan pribadi dengan individu yang memiliki ciri-ciri narsistik. Hal ini karena mereka cenderung mementingkan diri sendiri, tidak empatik, dan mendominasi. Diskusi tentang NPD sering kali muncul dalam konteks percakapan mengenai hubungan asmara, keluarga, dan pertemanan yang merusak, di mana perilaku narsistik dapat merugikan pihak lain secara emosional. Terkadang, masyarakat sering kali salah mengartikan perilaku narsistik biasa dengan gangguan kepribadian narsistik (NPD, sehingga banyak orang yang terjebak dalam generalisasi dan cenderung memberi label “narsistik” pada individu yang hanya menunjukkan beberapa ciri narsistik, padahal mereka tidak menderita gangguan tersebut.
Kenapa masyarakat memperbincangkan NPD antara lain adalah karena orang dengan NPD dapat menciptakan ketegangan dan konflik dalam hubungan interpersonal, baik dalam keluarga, pertemanan, maupun hubungan profesional. Orang dengan NPD cenderung tidak mau mengakui kesalahan, suka mengeksploitasi orang lain, atau merasa lebih superior. Diskusi tentang NPD sering kali menjadi menarik karena dianggap merugikan atau menyakiti orang lain, baik dalam lingkungan kerja atau sosial. Ketertarikan terhadap pembahasan ini juga sering ditunjukkan oleh orang-orang yang merasa menjadi target perilaku dari orang dengan NPD, yang difasilitasi media informasi, perubahan sosial, pemahaman yang lebih baik tentang kesehatan mental, dan fenomena budaya yang memengaruhi bagaimana masyarakat melihat dan merespons perilaku narsistik.
Meskipun informasi-informasi tentang NPD seperti yang dijelaskan di atas sangat banyak beredar dan masyarakat merasa memahaminya, namun sebaiknya tidak melakukan penilaian tanpa bantuan professional. Sedangkan untuk penanganannya, penting untuk mengadopsi pendekatan yang holistik dan terpadu. Pendekatan psikologi terpadu menggabungkan berbagai disiplin ilmu, seperti psikologi, psikiatri, Antropologi dan sosiologi, untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang gangguan ini. Selain itu, praktik klinis yang beragam dan pendekatan berbasis komunitas dapat disesuaikan dengan kebutuhan spesifik orang dengan NPD. Keterlibatan konteks sosial, seperti dukungan keluarga dan lingkungan, juga memainkan peran penting dalam proses pemulihan.