Cara Membantu Orang Ala Rasulullah Menurut Ustadz Felix Siauw

BNCC Techno Talk 2024

JAKARTA – Pasca Sunhaji kena umpatan Gus Miftah, bapak yang menjadi penjual es teh keliling tersebut kini kebanjiran rezeki. Banyak kalangan mulai dari artis, influencer dan sebagainya berbondong-bondong untuk berbagi rezeki membantu kebutuhan ekonomi dan finansialnya. Termasuk aksi penggalangan dana hingga ratusan juta rupiah.

Situasi ini pun direspons oleh Ustadz Felix Siauw. Penceramah dan aktivis Islam ini mengingatkan bahwa tidak semua bantuan yang bisa diberikan kepada orang lain bisa bersifat membantu. Bahkan bisa jadi akan menyusahkan orang yang sedang dibantu.

“Bagaimana cara menolong yang paling bijak supaya tidak menghasilkan masalah-masalah baru yang harus diselesaikan sendiri,” kata Ustadz Felix dalam podcast Close The Door seperti dikutip Holopis.com, Jumat (6/12).

Ia tak membayangkan bagaimana Sunhaji yang memiliki keterbatasan pengetahuan tentang ilmu tata kelola finansial yang baik mendapatkan uang segitu besar dalam waktu yang relatif instan. Yang akhirnya pemberian yang terlalu besar dari masyarakat yang kadung empati malah menimbulkan masalah baru bagi Sunhaji.

Sehingga dengan demikian, ia memaparkan bagaimana tips menolong orang seperti apa yang pernah Rasulullah SAW lakukan.

Cara Tepat Menolong Orang

Dalam kesempatan itu, Felix menjelaskan bahwa Rasulullah Muhammad SAW memiliki pengalaman bagaimana menyelesaikan masalah orang yang sedang mengemis kepadanya. Saat itu datang seorang pria kepada Rasulullah untuk meminta sedekah. Namun respons Nabi Muhammad ini yang menarik.

Dikatakan Felix, bahwa Rasulullah tidak langsung memberikan sesuatu kepada pria tersebut berupa uang atau apa pun. Justru Rasul bertanya, pria tersebut memiliki harta benda apa di rumah untuk bisa dibawa.

Kemudian pria tersebut merespons bahwa dirinya hanya memiliki dua lembar kain di rumah, dan kemudian Rasul memintanya agar membawa kepadanya.

“Aku cuman punya dua lembar kain, Rasulullah bilang, bawa ke sini. Rasulullah bilang pada sahabat, ada yang mau membeli (kain) ini?,” cerita Felix.

“Ada yang bilang, Ya Rasulullah saya beli satu dirham,” lanjutnya.

Lantas, Rasul menanyakan apakah ada yang bisa membelinya dengan uang 2 atau 3 dirham. Kemudian ada sahabat yang mau membeli dua lembar kain pria tersebut dengan harga 2 dirham saja.

“Rasul dapat 2 dirham. (Rasul sampaikan kepada pria), satu dirham untuk beli makanan untuk keluargamu. Satu dirham untuk beli kapak, kapaknya kau bawa ke sini,” jelas Felix menceritakan situasinya.

Setelah perintah Rasul dilaksanakan pria tersebut, yakni membelikan makanan untuk anak dan istri di rumah, kemudian sembari membawa kapak yang diperintahkan pula, pria tersebut datang kembali kepada Rasulullah. Dan si situlah kata Felix, Rasulullah Muhammad SAW menunjukkan posisinya sebagai Kepala Negara.

“Rasul ambil kayu, Rasul belah jadi dua. Lakukan seperti ini, tempatnya di situ (menunjukkan ke lokasi pekerjaan -red). Nah, Rasulullah bertindak sebagai Kepala Negara nih. Dia menyelesaikan permasalahan yang sistematik,” terang Felix.

Setelah itu, Rasulullah memerintahkan pria tersebut untuk bekerja dengan bekal kapak yang dimiliki sembari melarang untuk datang kembali sebelum 15 hari. Felix menjelaskan mengapa 15 hari yang diberikan Rasul kepada pria tersebut untuk kembali. Sebab, dua pekan menjadi waktu yang ideal untuk menguji keseriusan seseorang melaksanakan perintah.

“15 hari kemudian dia datang lagi bawa 10 dirham. (Rasul menjelaskan ke pria) sebagian daripada ini beliin pakaian dan makanan, setengahnya lagi terserah kamu mau apakan. Beginilah caranya dan kamu jangan minta-minta,” tandasnya.

Cerita ini disampaikan Felix bagaimana Rasulullah SAW telah memberikan contoh yang sangat besar bagaimana menyelesaikan sebuah masalah seseorang dengan sistemik. Sebab yang dibangun Rasul kepada pria peminta-minta itu adalah mental ikhtiarnya.

“Rasul bener-benar menyelesaikan permasalahannya dari mentalnya. Kamu jangan minta-minta dulu sementara kamu bisa melakukan sesuatu,” sambung Felix.

Berkaca dari Kasus Gus Miftah

Lebih lanjut, Felix Siauw juga menarik contoh Rasulullah tersebut dalam konteks kasus Gus Miftah. Di mana kabarnya Gus Miftah pun rutin memborong dagangan para PKL saat pengajian digelar.

Menurut Felix, hal itu tidak masalah sebenarnya. Hanya saja ia merasa perlu ikut meluruskan pola pikir agar cara-cara yang dilakukan Gus Miftah dan orang-orang lainnya termasuk para pendakwah disalahartikan oleh orang lain yang memiliki mental yang salah. Yang sebenarnya tujuan awalnya untuk menolong akhirnya menjadi sebuah kewajiban untuk memborong karena ekspektasi para pedagang itu untuk dilarisi oleh pendawah.

Sehingga yang ia khawatirkan nanti, orang-orang datang ke ulama dan pendakwah tujuannya bukan untuk mencari ilmu, melainkan untuk kepentingan transaksional.

“Transaksional. Ini problematika,” tukasnya.

Bagi Felix, edukasi mental ini penting untuk dilakukan sekalipun dianggap tidak populer di kalangan masyarakat tertentu.

Temukan kami di Google News, dan jangan lupa klik logo bintang untuk dapatkan update berita terbaru. Silakan follow juga WhatsApp Channnel untuk dapatkan 10 berita pilihan setiap hari dari tim redaksi.

Berita Terkait

Berita Lainnya

Selamat Bekerja Prabowo Subianto

Berita Terbaru

Viral

Enable Notifications OK No thanks