JAKARTA – Hari ini pada tanggal 23 November merupakan hari ulang tahun pahwalan Indonesia dari Sumatera Selatan, Sultan Mahmud Badaruddin II. Sultan Mahmud Badaruddin II, yang lahir dengan nama Raden Hasan pada 23 November 1767, adalah Sultan Palembang yang memerintah dari 12 April 1804, setelah ayahnya wafat, hingga diasingkan oleh Belanda pada 1 Juli 1821.
Sebelum naik takhta, ia dikenal dengan gelar Pangeran Wijaya Negara. Selama masa pemerintahannya, Sultan Mahmud Badaruddin II dikenal sebagai sosok yang gigih melawan penjajahan, terutama terhadap Inggris dan Belanda.
Perang dan Konflik dengan Inggris dan Belanda
Sultan Mahmud Badaruddin II memimpin Palembang saat wilayah ini menjadi target kedua kekuatan kolonial Eropa, yakni Inggris dan Belanda, yang menginginkan kekuasaan atas sumber daya alam, khususnya timah dari Bangka. Pada masa pemerintahannya, Palembang sering terlibat dalam konflik dengan kedua negara tersebut.
Salah satu peristiwa penting adalah keterlibatan Inggris, yang dipimpin oleh Sir Thomas Stamford Raffles, dalam upaya menggulingkan Belanda dari Palembang. Raffles menawarkan kerja sama kepada Sultan Mahmud Badaruddin II untuk mengusir Belanda, tetapi sultan tetap memilih untuk tidak terlibat dalam permusuhan antara Inggris dan Belanda. Meski demikian, Inggris dan Palembang sempat menjalin kerja sama, yang kemudian diikuti dengan pembumihangusan loji Sungai Aur oleh pihak Palembang pada 14 September 1811. Ini memicu ketegangan lebih lanjut, yang mengarah pada serangan Inggris dan penguasaan sementara Palembang.
Pada tahun 1812, Inggris mengangkat Sultan Ahmad Najamuddin II, adik Sultan Mahmud Badaruddin II, sebagai Sultan Palembang yang baru. Namun, meskipun terjadi pergantian penguasa, perlawanan terhadap Belanda terus berlanjut, terutama setelah kematian beberapa pemimpin Inggris yang terlibat dalam serangan terhadap pasukan Sultan.
Perang Menteng dan Perjuangan Melawan Belanda
Setelah Inggris menyerahkan Palembang kembali ke Belanda melalui Konvensi London pada 1814, Sultan Mahmud Badaruddin II kembali berperang melawan penjajahan Belanda. Pada 12 Juni 1819, Perang Menteng pecah, yang dikenal sebagai perang paling dahsyat antara pasukan Palembang dan Belanda. Meskipun Belanda mengirim pasukan besar, pertahanan Palembang yang dipimpin oleh Sultan Mahmud Badaruddin II sangat tangguh, meskipun akhirnya Belanda berhasil menguasai Palembang pada 25 Juni 1821 setelah serangan mendadak di bulan Ramadan.
Pengasingan dan Akhir Hidup
Setelah kekalahan Palembang, Sultan Mahmud Badaruddin II bersama keluarga diasingkan ke Batavia dan kemudian dipindahkan ke Ternate pada tahun 1822. Ia menghabiskan sisa hidupnya di sana hingga wafat pada 26 November 1852. Meskipun begitu, semangat perjuangan Sultan Mahmud Badaruddin II tetap dikenang. Namanya kini diabadikan sebagai Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II di Palembang dan pada uang kertas rupiah pecahan 10.000 yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada tahun 2005.