JAKARTA – Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK) Habib Syakur Ali Mahdi Al Hamid mengaku sangat menyayangkan aksi carok yang terjadi di Kabupaten Sampang, Madura pada hari Minggu, 17 November 2024 kemarin.
Menurutnya, insiden semacam itu tak bisa dibenarkan dari sudut pandang apa pun, baik agama maupun hukum positif di Indonesia.
“Jujur saya sangat menyesalkan, kenapa harus sampai angkat celurit. Apalagi ini kan persoalan perbedaan pilihan politik,” kata Habib Syakur kapada Holopis.com, Selasa (19/11).
Hal ini bisa menjadi preseden buruk bagi wajah Madura terkait dengan politik praktis. Bagaimana masyarakat sulit diedukasi soal kedewasaan berpolitik.
“Kita berharap masyarakat ini bisa memahami apa itu pilkada dan apa itu demokrasi. Kalau berbeda-beda pilihan ini kan wajar, tak perlu sampai begitu ya,” ujarnya.
Untuk mengantisipasi hal serupa terjadi, ulama asal Malang Raya ini pun berharap semua stakeholder, tokoh agama, tokoh masyarakat, aparat keamanan, pemerintah desa dan sebagainya, turun gunung kembali untuk meliterasi masyarakatnya.
Sebab menurutnya, gejolak ini bisa terjadi karena kurang pekanya tim sukses dan elite politik untuk mengedukasi para konstituennya agar cerdas berpolitik dan berdemokrasi.
“Saya kira ini ada keteledoran dari elite politik kita, bagaimana mereka tidak hanya sekadar mencari suara, tapi harus bersama-sama mengedukasi tentang kedewasaan berpolitik. Jadi menurut saya, semua harus turun gunung lagi ya,” tuturnya.
Lebih lanjut, Habib Syakur berharap para pelaku carok yang menewaskan warga di Desa Ketapang Laok, Kecamatan Ketapang, Kabupaten Sampang dapat diproses hukum dengan tegas dan adil.
Proses hukum tersebut menurut Habib Syakur bisa menjadi pembelajaran bagi masyarakat yang lain agar tidak melakukan hal serupa di kemudian hari.
“Kita patut mendukung dan mengapresiasi Polda Jatim yang sudah mengambil alih proses hukum ini. Semoga ditegakkan keadilan dan sebagai muhasabah buat kita semua untuk tidak melakukan hal serupa lagi,” pungkas Habib Syakur.
Sekadar diketahui, bahwa kasus pembacokan oleh segerombolan orang itu menimpa pendukung pasangan Calon Bupati Sampang Slamet Junaidi-Achmad Machfudz (Jimat Sakteh) bernama Jimmy Sugito Putra, warga Desa Ketapang Laok, Kecamatan Ketapang, Kabupaten Sampang.
Jimmy merupakan saksi dari pasangan Calon Bupati Slamet Junaidi-Achmad Mahfudz (Jimat Sakteh).
Insiden berdarah itu terjadi setelah Calon Bupati Slamet Junaidi berkunjung ke salah satu tokoh agama di Ketapang pada hari Minggu (17/11) kemarin. Namun kedatangannya sempat dihadang massa bersenjata celurit, tapi berhasil lolos melalui jalan lain.
Selanjutnya, para penghadang masuk ke area lokasi yang dikunjungi Slamet Junaidi. Sejumlah orang itu sempat cekcok mulut, hingga akhirnya terjadi penganiayaan dan membuat Jimmy Sugito Putra meregang nyawa karena dibacok sejumlah orang dengan senjata celurit masing-masing.
Banyak pasangan yang mencoba berbagai macam aktivitas sex untuk menyalurkan kebutuhan seksualnya. Namun terkadang banyak…
KPK telah meningkatkan kasus dugaan korupsi pada proyek-proyek di divisi Engineering, Procurement and Construction atau…
KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) didesak mengusut indikasi dugaan korupsi terkait penyaluran dana Bantuan Sosial (Bansos)…
Muhammad Said Didu meminta Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati untuk bertanggung jawab atas beban…
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyatakan, bahwa meskipun Presiden Prabowo Subianto berencana memberikan kesempatan amnesti kepada…
Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) digeledah tim penyidik KPK, Kamis (19/12). Penggeledahan terkait proses penyidikan…