HOLOPIS.COM, JAKARTA – Cuaca yang panas namun disertai hujan adalah kondisi yang sering terjadi di negara tropis seperti Indonesia, terutama pada masa peralihan musim atau pancaroba.
Kondisi ini sering kali membuat tubuh terasa tidak nyaman dan rentan terhadap berbagai gangguan kesehatan. Perubahan suhu yang mendadak, kelembapan yang tinggi, serta paparan patogen di udara yang meningkat menjadi faktor utama penyebab penurunan daya tahan tubuh.
Berikut penjelasan mengenai dampak cuaca panas dan hujan pada kesehatan tubuh.
1. Perubahan Suhu Mendadak Melemahkan Sistem Imun
Ketika cuaca berubah drastis dari panas ke hujan, tubuh perlu menyesuaikan diri dengan perbedaan suhu yang signifikan. Proses adaptasi ini menyebabkan tubuh mengeluarkan lebih banyak energi, sehingga sistem kekebalan tubuh melemah.
Sistem imun yang melemah memudahkan virus dan bakteri masuk ke dalam tubuh, sehingga meningkatkan risiko penyakit seperti flu, batuk, dan pilek.
Menurut National Institutes of Health (NIH), perubahan suhu yang ekstrem, baik ke arah dingin maupun panas, dapat memengaruhi sistem imun tubuh.
Saat tubuh sedang fokus beradaptasi dengan suhu, respons imun terhadap patogen eksternal bisa menurun, membuat tubuh rentan terhadap infeksi.
2. Kelembapan Tinggi Memicu Penyebaran Patogen
Cuaca panas yang disertai hujan menciptakan kelembapan yang tinggi. Kondisi ini sangat disukai oleh virus, bakteri, dan jamur untuk berkembang biak.
Udara yang lembap memungkinkan patogen ini untuk menyebar lebih cepat dan bertahan lebih lama di lingkungan, sehingga meningkatkan risiko penularan penyakit.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebutkan bahwa kelembapan tinggi bisa meningkatkan penyebaran virus dan bakteri yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan.
Ini terutama berlaku untuk penyakit seperti influenza dan pneumonia, yang penyebarannya lebih tinggi pada kondisi lingkungan lembap.
3. Dehidrasi Akibat Keringat Berlebih
Cuaca panas menyebabkan tubuh berkeringat sebagai bentuk adaptasi untuk menjaga suhu tubuh tetap stabil. Namun, ketika keringat tidak segera digantikan dengan asupan air yang cukup, tubuh bisa mengalami dehidrasi.
Saat dehidrasi, konsentrasi elektrolit dalam tubuh terganggu, yang dapat mempengaruhi fungsi organ-organ penting dan menurunkan daya tahan tubuh.
Selain itu, dehidrasi juga memengaruhi fungsi kognitif, seperti konsentrasi dan memori, sehingga aktivitas sehari-hari menjadi lebih sulit dilakukan.
Menurut penelitian di Mayo Clinic, dehidrasi dalam jangka pendek bisa membuat tubuh menjadi lebih rentan terhadap infeksi karena sistem imun tidak bekerja optimal.
4. Risiko Alergi dan Masalah Pernapasan
Kelembapan tinggi akibat cuaca hujan setelah panas meningkatkan jumlah alergen di udara, termasuk serbuk sari, jamur, dan debu. Hal ini bisa memicu reaksi alergi, terutama bagi penderita asma atau alergi pernapasan.
Udara lembap juga membuat partikel alergen seperti debu dan jamur lebih mudah terhirup dan menempel di saluran pernapasan.
Menurut World Health Organization (WHO), kelembapan tinggi adalah kondisi yang berisiko bagi penderita asma, karena memperburuk peradangan saluran napas dan memicu serangan asma.
Maka, kondisi ini perlu diwaspadai, terutama bagi orang yang memiliki riwayat masalah pernapasan.
5. Kelelahan dan Gangguan Tidur
Cuaca panas yang berkepanjangan dan kelembapan tinggi bisa mengganggu kenyamanan tidur. Rasa tidak nyaman akibat suhu yang tinggi sering membuat tidur menjadi tidak nyenyak.
Padahal, tidur berkualitas sangat penting untuk menjaga kesehatan dan kekuatan sistem imun tubuh. Gangguan tidur berulang dalam jangka panjang dapat melemahkan daya tahan tubuh, membuat seseorang lebih rentan terhadap penyakit.
Para ahli di American Sleep Association menyatakan bahwa kelembapan tinggi dan suhu panas bisa menyebabkan insomnia serta mengurangi fase tidur REM, yang penting untuk proses pemulihan tubuh.
Ketika fase tidur REM berkurang, regenerasi sel dan kekuatan sistem imun juga akan menurun.
6. Penurunan Mood dan Stres
Cuaca yang panas dan lembap sering kali membuat orang merasa lebih cepat lelah dan tidak nyaman, yang kemudian berdampak pada kondisi psikologis.
Rasa tidak nyaman ini dapat memicu peningkatan kadar hormon stres, seperti kortisol, yang jika dibiarkan dalam jangka panjang bisa menekan sistem kekebalan tubuh dan memperburuk kesehatan mental.
Dalam sebuah artikel dari Harvard Health, disebutkan bahwa cuaca panas berkepanjangan dapat meningkatkan risiko stres dan kelelahan mental.
Kondisi psikologis ini tidak hanya berdampak pada kesehatan mental, tetapi juga berpengaruh pada sistem imun tubuh.
Perlu Sobat Holopis ingat, cuaca panas yang disertai hujan dapat memengaruhi kesehatan tubuh karena perubahan suhu yang mendadak, kelembapan tinggi, risiko dehidrasi, dan peningkatan jumlah patogen di udara.
Untuk menghindari penurunan daya tahan tubuh, penting bagi Sobat Holopis untuk menjaga pola hidup sehat, menghindari stres, dan tetap menjaga kebersihan diri serta lingkungan.
Dengan demikian, tubuh akan tetap kuat dan sehat meski menghadapi cuaca yang tak menentu.
Persija Jakarta dijadwalkan tanding melawan Malut United. Macan Kemayoran pun siap menutup tahun 2024 ini…
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan kinerja perdagangan saham selama sepekan menjelang tutup tahun 2024,…
Bank Indonesia (BI) mencatat adanya capital outflow atau aliran modal asing keluar yang cukup deras…
Liverpool kokoh di puncak klasemen Liga Inggris 2024/2025 pasca laga Boxing Day, diikuti Arsenal yang…
Cleveland Cavaliers nampaknya masih terlalu tangguh bagi Denver Nuggets, pada lanjutan NBA kali ini Donovan…
Bank Indonesia (BI) telah mengumumkan jadwal Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan selama 1 (satu) tahun…