HOLOPIS.COM, JAKARTA – Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) baru saja menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) mengenai pengembangan Blue Economy atau Ekonomi Biru, sebuah konsep yang berfokus pada pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Penandatanganan MoU ini berlangsung pada 9 November 2024 di Beijing, RRT, dan disaksikan langsung oleh Presiden RI Prabowo Subianto dan Presiden RRT Xi Jinping. Kesepakatan ini menjadi bagian dari upaya kedua negara untuk memperdalam kerja sama multisektoral yang berfokus pada potensi laut sebagai sumber daya strategis.

Apa itu Ekonomi Biru?

Ekonomi Biru adalah sebuah model ekonomi yang memanfaatkan potensi laut dengan cara yang berkelanjutan. Fokus utama dari ekonomi biru adalah pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya kelautan, termasuk energi terbarukan dari laut, perikanan, pariwisata maritim, dan inovasi teknologi kelautan.

Konsep ini bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, keberlanjutan lingkungan, dan kesejahteraan sosial. Di Indonesia, yang merupakan negara kepulauan dengan 70% wilayahnya berupa laut, pengembangan ekonomi biru memiliki potensi besar untuk meningkatkan sektor kelautan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional.

Fokus Kerja Sama Ekonomi Biru Indonesia-RRT

Kerja sama ekonomi biru yang terjalin antara Indonesia dan RRT mencakup sejumlah sektor strategis. MoU yang baru saja ditandatangani meliputi berbagai aspek, seperti pemanfaatan Renewable Ocean Energy atau energi terbarukan laut, pengelolaan perikanan dan akuakultur, pengembangan pariwisata maritim, serta inovasi dan kerja sama industri.

Dalam hal ini, sektor industri hilirisasi produk kelautan menjadi salah satu fokus utama, yang mencakup pengolahan makanan laut dan biofarmasi kelautan.

Selain itu, kedua negara juga akan bekerja sama dalam pembuatan dan perbaikan kapal, transportasi laut, serta pembangunan infrastruktur pelabuhan dan dermaga yang sangat penting untuk mendukung kegiatan ekonomi berbasis laut.

Kerja sama ini berpotensi membuka peluang besar bagi Indonesia, yang memiliki sektor kelautan yang luas dan kaya akan sumber daya alam.

Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia, Airlangga Hartarto, kolaborasi ini sangat penting bagi Indonesia sebagai negara kepulauan, serta bagi RRT sendiri.

“RRT yang memiliki teknologi kelautan yang berkembang pesat di dunia, seperti dalam industri pembuatan kapal, biofarmasi laut, dan merupakan salah satu negara asal wisatawan kelautan terbesar bagi Indonesia,” kata Airlangga.

Potensi Ekonomi Biru bagi Indonesia

Laut Indonesia mencakup wilayah yang sangat luas dan menyimpan beragam potensi yang bisa dimanfaatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Sektor kelautan memiliki peran strategis dalam mempercepat pencapaian target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8% pada tahun 2028-2029.

Dengan kerja sama dengan RRT dalam bidang ekonomi biru, Indonesia berpotensi untuk meningkatkan nilai tambah dari produk dan jasa kelautan, seperti dalam industri pengolahan perikanan, energi terbarukan laut, dan pariwisata bahari.

Airlangga Hartarto juga menambahkan bahwa laut Indonesia bukan hanya sebagai sumber daya alam, tetapi juga sebagai motor penggerak ekonomi yang dapat menciptakan lapangan kerja, memperkuat sektor industri, dan mendukung tercapainya tujuan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

Melibatkan Berbagai Pihak

MoU ini juga menandakan bahwa kerja sama ini akan melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, sektor swasta, lembaga penelitian, lembaga keuangan, serta pelaku bisnis. Sinergi antara pemerintah pusat dan daerah, sektor swasta, serta lembaga penelitian dan pendidikan sangat diperlukan untuk mengeksplorasi peluang dan inovasi yang ada di sektor ekonomi biru.

Kolaborasi antara Indonesia dan RRT dalam sektor kelautan ini juga diharapkan dapat memperkuat peran ekonomi kelautan dalam memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Selain itu, kerja sama ini juga dapat meningkatkan daya saing Indonesia di kancah global dalam bidang ekonomi berbasis kelautan.