HOLOPIS.COM, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun cukup dalam sepanjang perdagangan pekan ini. Namun kinerja pasar modal Indonesia secara umum masih mencatatkan pertumbuhan positif.
Adapun berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG selama sepakan ini tercatat turun hampir 3 persen. Penurunan ini dipicu oleh aksi jual investor terhadap beberapa saham big cap.
Analis Phintraco Sekuritas memproyeksikan, indeks saham pada awal pekan depan diproyeksikan belum mampu keluar dari tekanan jual para investor.
Secara teknikal pun, IHSG pada perdagangan Jumat (8/11) kemarin ditutup membentuk pola inverted hammer ke level 7.287,19. Meskipun sempat rebound lebih dari 1 persen hingga level 7350.
“Pergerakan tersebut mengindikasikan bahwa IHSG belum mampu keluar dari tekanan jual,” tulis Analis Phintraco dalam hasil risetnya, yang dikutip Holopis.com, Sabtu (9/11).
Sehingga, level support yang perlu diwaspadai berada di 7.200, dengan resistance 7.430.
Phintraco melihat, pelaku pasar pada pekan depan masih mencoba mencari bottom level pasca-serangkaian sentimen yang menekan psikologis pasar, seperti Pilpres AS hingga perubahan kebijakan The Fed.
Fundamental pasar juga masih mengacu pada pertumbuhan ekonomi dalam negeri, yang melambat ke 4,95 persen yoy pada kuartal III-2024.
Terkait Pilpres AS, kemenangan Donald Trump terhadap Kamala Harris juga dinilai masih memicu kekhawatiran prospek outlook ekonomi global.
“Khususnya dengan kebijakan inward looking dari Trump,” tulis Analis Phintraco dalam riset tersebut.
Tekanan jangka pendek juga berasal dari spekulasi tambahan stimulus fiskal dari Pemerintah China akhir pekan ini.
Sebagai informasi, IHSG cenderung tertekan setiap kali Tiongkok mengumumkan stimulus ekonomi, yang berpotensi melahirkan capital outflow dari pasar modal Indonesia.
Dari Amerika Serikat, The Fed baru saja memangkas 25 Fed Funds Rate (FFR). Kendati demikian, nilai tukar Rupiah masih lanjutkan penguatan ke Rp15.665/USD sampai dengan Jumat (8/11) sore.