HOLOPIS.COM, JAKARTA – Founder Malaka Project, Ferry Irwandi mengaku menjadi salah satu orang yang menaruh perhatian lebih pada praktik judi online di Indonesia, yang sejauh ini memberikan dampak negatif besar terhadap ekonomi dan sosial masyarakat.
Hal itu disampaikannya dalam video berjudul “Orang Besar di Balik Kasus Judol Kominfo”, yang tayang di akun YouTube pribadinya, Ferry Irwandi, pada Kamis (7/11).
Dalam video tersebut, ia membahas terkait 16 orang di Kementerian Komunikasi dan Informatika atau Kominfo (sekarang Komdigi), yang terlibat dalam praktik ilegal Judol, dimana mereka tak hanya bermain, tetapi menjadi garda pelindung situs-situs judi online.
Namun dari belasan nama yang telah diungkap dan ditangkap oleh pihak kepolisian, ia menyebut ada satu nama yang bisa menjadi juru kunci dalam mengungkap kasus judol di Kominfo, yakni sesorang berinisial AL.
“Ada satu nama yang belum diungkap di manapun sejauh gua tahu ya sepanjang gue melakukan riset dan gua mengobservasi pemerintahan ini ya. Tapi menurut gua wajib kita bahas, inisial AL,” ujar Ferry, seperti dikutip Holopis.com, Jumat (8/11).
Dia lantas mengungkap, bahwa seseorang berinisial AL ini begitu dekat dengan kekuasaan dan politik. Dia juga berkali-kali bekerja sama dengan kominfo secara resmi dan legal, serta memegang jabatan di berbagai organisasi.
Ferry juga menyebut, bahwa seseorang berinisial AL adalah seseorang yang memiliki perusahaan yang bergerak di bidang teknologi dan informasi.
“Orang inilah penghubung utama Kominfo dengan bandar-bandar, dan sangat berbahaya. Jika terbukti, dia bisa jadi titik untuk mengungkap orang penting lain yang terlibat,” sebut mantan pegawai Kementerian Keuangan (Kemenkeu) tersebut.
Kendati begitu, ia masih enggan berbicara banyak terkait inisial AL ini. Namun ia meyakini, apabila semua penyidikan yang ada saat ini dapat berjalan dengan sebagaimana mestinya, maka kasus judol di Kominfo ini akan menyeret orang besar yang terlibat.
“Gua yakin, jika semua berjalan sebagaimana mestinya, ini akan menyeret nama besar lain yang terlibat,” tandasnya.
Tak cuma itu, ia juga mengungkap adanya dua perusahaan di sektor fintech di Indonesia, yang ternyata menjadi pintu masuk bagi pelaku dengan bandar judi online.
“Perusahaan berkedok financial advisor biasa, tapi dalam praktiknya juga berperan besar terhadap maraknya praktik judi online di Indonesia,” ungkapnya.
Dia pun menduga adanya peran orang besar di balik maraknya situs judi online di Indonesia, terlebih dengan terungkapnya kasus pegawai Kominfo yang menjadi pelindung ribuan situs judi online di Tanah Air.
“Nah logika sederhana saja nih, pegawai pajabat rekanan ini mustahil bisa beroperasi tanpa ada orang besar yang melindungi, kalian setuju ya kan. Tanpa ada hulu yang kuat, tanpa mengerucut pada seseorang yang memegang peranan vital, ya ini tidak bisa dilakukan,” ujarnya.
Dia menyampaikan, operasi para bandar judi online di Indonesia bukan hal yang baru dilakukan setahun atau dua tahun belakangan. Namun kasus tersebut baru terungkap setelah pergantian pemerintahan, yang dalam hal ini terjadi perubahan nomenklatur Kementerian sekaligus menteri yang memimpin Kementerian Kominfo.
“Mereka bertahun beroperasi dengan sangat jelas. Pertanyaannya, kenapa harus ganti nama kementerian dan menteri dulu baru semua ini terungkap?,” ujarnya bertanya.
“Tentu ini menimbulkan pertanyaan untuk kita semua, apa yang sebenarnya dilakukan oleh menteri sebelumnya sampai hal ini tidak terungkap? Sebuah pertanyaan yang sebenarnya kita sudah tau jawabannya, tapi ya sudah, simpan saja,” pungkasnya.