HOLOPIS.COM, JAKARTA – Jumlah pengungsian korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) terus mengalami penambahan.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mengatakan, akibat erupsi ini, ribuan warga terpaksa mengungsi untuk mencari tempat yang lebih aman.
“Jumlah pengungsi yang sebelumnya tercatat sebanyak 2.472 jiwa kini meningkat menjadi 4.436 jiwa,” kata Abdul Muhari dalam keterangan tertulisnya yang dikutip Holopis.com, Rabu (6/11).
Abdul menjelaskan bahwa para pengungsi itu tersebar di beberapa titik pengungsian yang tersebar di enam kecamatan. Para pengungsi saat ini tinggal di rumah-rumah warga atau fasilitas umum yang telah disiapkan sebagai tempat penampungan sementara.
Terkait korban akibat erupsi, hingga kini Abdul memastikan bahwa tercatat 9 orang meninggal dunia, sementara 31 orang mengalami luka berat dan 32 orang lainnya luka ringan.
“Tim medis dari Puskesmas setempat, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Flores Timur, serta petugas medis lainnya telah diterjunkan untuk memberikan perawatan di rumah sakit dan fasilitas pengungsian,” ujarnya.
Selain itu, Pusat Krisis Kesehatan dan Direktorat Pengelolaan Kefarmasian BNPB juga mengirimkan bantuan berupa obat-obatan dan perlengkapan medis lainnya untuk mendukung proses pemulihan korban.
Diketahui sebelumnya, erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki yang terjadi pada Minggu malam (3/11) di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), telah menyebabkan sejumlah korban jiwa, kerusakan material yang signifikan, dan ribuan warga terpaksa mengungsi.
Aktivitas vulkanik yang dimulai sekitar pukul 23:57 WITA ini mengakibatkan gunung yang sebelumnya berstatus Siaga (Level III) naik ke status AWAS (Level IV) pada Senin dini hari (4/11).
Berdasarkan hasil pemantauan vulkanik yang dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi Laki-Laki menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan.
Erupsi yang terjadi pada Minggu malam tercatat memiliki amplitudo maksimum 47,3 mm dan durasi 1.450 detik. Mengingat ancaman yang ditimbulkan oleh aktivitas vulkanik tersebut, status gunung ini dinaikkan dari Level III (Siaga) menjadi Level IV (AWAS).