HOLOPIS.COM, JAKARTA – Sobat Holopis, pernahkah Anda mendengar istilah maag kronis? Kondisi ini bukan sekadar gangguan lambung biasa yang dapat hilang dengan obat pereda nyeri sesaat. 

Maag kronis, atau dalam istilah medis dikenal sebagai gastritis kronis, adalah kondisi peradangan pada lapisan lambung yang berlangsung lama dan dapat menimbulkan kerusakan serius pada jaringan lambung. 

Untuk lebih lengkapnya, berikut penjelasan medis tentang maag kronis, faktor pemicu, hingga mekanisme tubuh yang terlibat di dalamnya.

Apa Itu Maag Kronis?

Secara medis, maag kronis adalah peradangan jangka panjang pada lapisan lambung, terutama di bagian mukosa lambung. Peradangan ini dapat berkembang secara bertahap, sehingga gejalanya sering kali tidak langsung terdeteksi. 

Pada kondisi maag kronis, lapisan lambung yang seharusnya terlindungi dari asam lambung justru mengalami iritasi dan kerusakan. Kondisi ini jika dibiarkan bisa menyebabkan berbagai komplikasi, seperti tukak lambung hingga risiko berkembangnya kanker lambung pada tahap lanjut.

Jenis-jenis Maag Kronis Berdasarkan Penyebabnya

Secara medis, maag kronis terbagi menjadi beberapa tipe berdasarkan penyebabnya:

1. Maag Kronis Tipe A (Autoimun)

Pada tipe ini, sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang sel-sel di lapisan lambung yang sehat. Akibatnya, tubuh tidak dapat menyerap vitamin B12 dengan baik, yang bisa menyebabkan anemia.

2. Maag Kronis Tipe B (Infeksi Bakteri)

Infeksi bakteri Helicobacter pylori merupakan penyebab utama dari tipe B. Bakteri ini menyebabkan kerusakan pada lapisan pelindung lambung, memicu peradangan, dan meningkatkan risiko tukak lambung.

3. Maag Kronis Tipe C (Iritasi Bahan Kimia)

Bahan kimia tertentu, termasuk obat-obatan seperti antiinflamasi nonsteroid (NSAID), alkohol, atau empedu, dapat mengiritasi lambung dan menyebabkan peradangan.

4. Gastritis Erosif

Bentuk gastritis ini merusak lapisan mukosa lambung lebih dalam dan dapat menyebabkan luka atau pendarahan. Gastritis erosif sering kali disebabkan oleh konsumsi alkohol berlebihan atau penggunaan jangka panjang obat-obatan tertentu.

Gejala Medis Maag Kronis

Gejala maag kronis sering kali ringan namun bisa berlangsung lama, sehingga pasien biasanya tidak menyadarinya. Secara umum, berikut gejala yang paling sering muncul:

-Nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas

-Mual dan muntah

-Penurunan berat badan

-Kehilangan nafsu makan

-Perut kembung dan rasa penuh setelah makan

-Muntah atau feses yang mengandung darah (pada kasus erosif)

Mekanisme Tubuh dalam Penyakit Maag Kronis

Saat peradangan terjadi pada mukosa lambung, sel-sel pelindung lambung rusak dan jumlah asam lambung yang diproduksi bisa berubah. Secara medis, tubuh memiliki beberapa mekanisme yang terlibat dalam maag kronis:

1. Produksi Asam Lambung yang Tidak Seimbang

Saat peradangan, produksi asam lambung bisa meningkat atau justru menurun drastis. Ketidakseimbangan ini mengganggu proses pencernaan dan dapat memperburuk iritasi pada lambung.

2. Disfungsi Lapisan Mukosa Lambung

Lapisan mukosa berfungsi melindungi lambung dari asam lambung. Saat rusak, lambung menjadi lebih rentan terhadap iritasi, sehingga lapisan lambung dapat mengalami luka atau tukak.

3. Gangguan Sistem Kekebalan pada Kasus Autoimun

Pada maag kronis tipe A, sel-sel imun menyerang sel lambung sehat, terutama yang memproduksi enzim dan hormon penting seperti faktor intrinsik. Faktor intrinsik diperlukan untuk penyerapan vitamin B12, sehingga kekurangannya dapat menyebabkan anemia pernisiosa.

Risiko dan Komplikasi Medis Maag Kronis

Jika tidak segera ditangani, maag kronis dapat berkembang menjadi kondisi medis yang serius, seperti tukak lambung. Hal ini terjadi kerusakan pada lapisan lambung dapat menyebabkan luka atau tukak yang menimbulkan nyeri akut.

Komplikasi lain yang bisa terjadi yakni Anemia Pernisiosa, yang dipicu oleh kurangnya vitamin B12 akibat maag kronis tipe A, yaitu kondisi ketika tubuh tidak memiliki sel darah merah yang cukup.

Tak cuma itu, infeksi H. pylori jangka panjang yang tidak ditangani dapat meningkatkan risiko perkembangan kanker lambung, terutama pada pasien dengan riwayat maag kronis.