HOLOPIS.COM, JAKARTA – PT Waskita Karya (Persero) Tbk saat saat ini tengah melakukan sejumlah program kerja transformasi demi menciptakan operasional unggul. Tidak hanya fokus pada penyehatan keuangan, perseroan pun terus memperkuat tata kelola, manajemen risiko, dan kepatuhan atau Governance, Risk, and Compliance (GRC).
Corporate Secretary Waskita Karya Ermy Puspa Yunita menyebutkan, ada beberapa fokus utama dalam strategi transformasi Waskita. Pertama pemulihan bisnis, kedua organisasi dan budaya, ketiga restrukturisasi keuangan, serta digitalisasi.
“Program-program kerja transformasi yang Waskita sudah jalankan disusun untuk mendukung fokus perseroan tersebut. Diharapkan melalui strategi ini, visi8 perseroan menjadi perusahaan terdepan dalam membangun ekosistem yang berkelanjutan bisa tercapai,” ujarnya di Jakarta, Rabu (30/10).
Program transformasi yang sudah dilakukan di antaranya, adanya Komite Manajemen Risiko yang bertujuan untuk menilai risiko dan kelayakan sebuah proyek, sebelum Waskita melakukan tender atau mengambil suatu proyek. Melalui komite tersebut semua bidang, dari mulai manajemen risiko, tim produksi, teknis, keuangan, hingga legal mengamati suatu proyek dari berbagai sudut pandang sebelum akhirnya diputuskan.
“Ini transformasi Waskita dalam memilih proyek. Dengan cara ini, keputusan pemilihan proyek menggunakan sudut pandang pengelolaan risiko yang menyeluruh dan potensi risiko yang kemungkinan muncul, dapat dimitigasi lebih dini,” kata Ermy.
Selanjutnya, perseroan melakukan transformasi digital pada bidang operasional dengan mengintegrasikan inovasi Building Information Modelling (BIM), sistem ERP SAP, serta Last Planner System (LPS). Saat ini, kata Ermy, Waskita menjadi satu-satunya perusahaan kontruksi yang menggabungkan ketiga sistem tersebut.
“Integrasi ketiga sistem tersebut diharapkan dapat berkontribusi dalam mengontrol biaya dan waktu, sehingga diharapkan ada efisiensi yang dihasilkan,” tuturnya. Ia menambahkan, Waskita juga telah menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) WISENS (Waskita Intelligent Sensing System) pada beberapa pembangunan proyeknya, guna memudahkan sekaligus membuat pekerjaan lebih efektif.
Dua di antaranya AI Pavement Crack Detection yang bertujuan membantu Waskita mendeteksi objek kerusakan jalan, sekaligus sebagai target tidak adanya kegagalan dalam proses konstruksi atau zero construction failure. Melalui AI tersebut, penghitungan jumlah kerusakan secara otomatis bisa dilakukan, sehingga dapat mendukung inspeksi dan pengawasan aset jalan tol. Penggunaan AI itu, kata Ermy, bisa mengefisiensi waktu pekerjaan hampir 40 persen lebih cepat.
Kemudian guna memastikan para pekerja mengenakan Alat Pelindung Diri (APD), perseroan memanfaatkan teknologi AI APD Inspection. Penerapan AI ini berfungsi juga sebagai upaya mencapai target tidak adanya kecelakaan kerja atau zero fatality.
Sebagai upaya memperkuat GRC, lanjut dia, Waskita pun berkomitmen Meningkatkan kematangan implementasi manajemen risiko serta menyusun roadmap perbaikan ke depan sesuai hasil Assessment Risk Maturity Index oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Perseroan turut melaksanakan beberapa Surveillance Audit, sehingga telah memenuhi standar mutu operasional beberapa ISO dan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
Ada lima ruang lingkup penilaian, mencakup dimensi Akuntabilitas Korporasi pada Pembangunan Nasional, Dimensi Akuntabilitas Korporasi pada Keuangan Negara, Dimensi Kepatuhan dan Efektivitas Operasional, Dimensi Efektivitas Sistem Tata Kelola, dan Dimensi Efektivitas Pengendalian Fraud. Kesimpulan dari penilaian itu, capaian ICORPAX Waskita Karya untuk tahun buku 2023 oleh badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sebesar 70,20 persen dengan kategori Baik.
Waskita Karya turut melakukan Assesmen Penerapan Faktor Environmental, Social, and Governance (ESG) di lingkungan perseroan, yang juga dilakukan oleh BPKP. Dasar pengukuran penerapan meliputi faktor lingkungan, faktor sosial, faktor tata kelola, dan faktor finansial.
“Ke depannya, perseroan akan konsisten menjalankan strategi transformasi. Berfokus pada pemulihan bisnis dengan terus memperkuat tata kelola sebagai upaya perbaikan organisasi dan budaya perusahaan,” jelas Ermy.
Seperti diketahui, Waskita telah mendapat persetujuan dari 22 kreditur perbankan terkait penyempurnaan atas MRA 2021 dan terkait Pokok Perubahan Perjanjian fasilitas Kredit Modal Kerja Penjaminan (KMKP), dengan nilai outstanding sebesar Rp 31,5 triliun. Saat ini restrukturisasi tersebut sudah efektif, sehingga kegiatan operasional Waskita bisa tetap berjalan secara optimal.
Waskita juga telah mendapatkan persetujuan atas tiga dari empat seri obligasi non-penjaminan, di mana sudah dilakukan pembayaran atas kupon restrukturisasi dan kupon standstill. Atas satu seri obligasi non-penjaminan yang belum mendapat persetujuan, Perseroan terus melakukan komunikasi intensif kepada pemegang obligasi dan wali amanat, guna mencapai persetujuan pada Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO) selanjutnya.
Sementara berdasarkan laporan keuangan pada kuartal III 2024, Waskita mencatat kenaikan laba bruto sebesar 33,18 persen secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp 1,03 triliun. Sebelumnya, pada periode sama tahun lalu sebesar Rp 773,93 miliar.
Nilai Gross Profit Margin (GPM) perseroan pun naik menjadi 15,19 persen, setelah sebelumnya pada kuartal tiga tahun lalu sebesar 9,90 persen. EBITDA Waskita turut naik hingga 141 persen, dari Rp 252 miliar menjadi Rp 609 miliar per September 2024. Kemudian, total utang Waskita menurun sekitar Rp 3 triliun menjadi Rp 80,58 triliun. Sebelumnya pada Desember 2023 mencapai Rp 83,99 triliun.