HOLOPIS.COM, JAKARTA – Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) umumnya didiagnosis pada masa kanak-kanak. Sementara pada orang dewasa, kondisi neurologis ini jarang disadari.
Dan yang menarik, justru sekitar 1 dari 4 orang dewasa di Amerika Serikat mencurigai dirinya mengidap ADHD. Beberapa tanda inilah yang mereka jadikan diagnosa.
Kementerian Kesehatan dalam lamannya menjelaskan, ADHD adalah kondisi gangguan psikiatrik pada seseorang di mana ia menunjukkan karakteristik gejala sebagai berikut:
Penyebabnya belum diketahui dengan jelas, namun beberapa faktor ini dianggap berkontribusi meningkatkan gangguan ADHD:
Tentu saja diagnosa ADHD harus melibatkan serangkaian penilaian yang dilakukan oleh ahli kesehatan. Penilaian tersebut meliputi:
Pada Tahun 2022, Queensland Center for Mental Health Research menerbitkan hasil penelitian bertajuk Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS). Di dalamnya memuat penelitian mengenai gangguan mental yang dialami para remaja selama 12 bulan di tahun tersebut.
Jumlah responden remaja dalam penelitian ini sekitar 5.646 anak berusia 10-17 tahun. Dan hasilnya lumayan mencengangkan. Yakni: 1% mengalami gangguan depresi mayor; 3,7% gangguan cemas; 0,5% PTSD; 0,9% gangguan perilaku; 0,5% ADHD.
Ahli saraf anak dan dewasa Miller Children’s & Women’s Hospital Long Beach Jasmin Dao, MD., mengatakan, ada beberapa kondisi lain yang menyertai pada ADHD, seperti kecemasan dan depresi, yang gejalanya mirip dengan gangguan lain. Inilah yang membuat dokter kesulitan dalam mengidentifikasi gejala ADHD pada orang dewasa.
Untuk kasusnya pada orang dewasa sendiri, survei terbaru yang dilakukan para ilmuwan di The Ohio State University mengungkapkan, 1 dari 4 orang dewasa di AS curiga dirinya mengidap ADHD. Survei tersebut sebagian besar dilakukan secara online pada 16 dan 18 Agustus 2024 lalu dengan jumlah responden 1.006 orang.
Dari penelitian tersebut, sekitar 25% responden curiga dirinya menderita ADHD yang tidak terdiagnosis. Sementara 13% lainnya mengaku pernah memeriksakan kecurigaannya tersebut kepada dokter.
Seharusnya, jika sudah merasa curiga dirinya mengidap ADHD, pemeriksaan lanjutan bersama dokter perlu segera dilakukan. Mengapa? Agar dokter bisa memberikan diagnosa yang tepat, dan menyarankan pengobatan yang sesuai.
Seperti yang dikatakan Justin Barterian, PhD., psikolog dan asisten profesor klinis Ohio State’s Department of Psychiatry and Behavioral Health. “Kecemasan, depresi, dan ADHD terlihat sangat mirip, dan pengobatan yang salah bisa memperburuk keadaan, bukannya membantu penderitanya merasa lebih baik”
Ya, ADHD dapat meniru kondisi lain, seperti kecemasan, depresi, atau juga gangguan tic, sehingga sulit mengidentifikasi apakah gejala yang dialami si pengidap benar-benar ADHD atau bukan. Ditambah lagi, gejala ADHD pada orang dewasa bisa berbeda satu dari yang lainnya.
Di sisi lain, ada banyak alasan mengapa banyak orang dewasa enggan memulai pengobatan ADHD. Di antaranya:
Intinya, jika Anda merasa curiga mengidap ADHD, segera periksakan ke dokter. Pengobatan yang tepat dapat membantu mengatasi gejala dan meningkatkan kualitas hidup Anda selanjutnya. Semangat!
JAKARTA - Para pecinta film Korea Selatan harus berbahagia karena film persembahan rumah produksi CJ…
JAKARTA - Lorde, seorang penyanyi dan penulis lagu dari Selandia Baru, kembali memikat pendengar dengan…
JAKARTA - Maggie Rogers, seorang penyanyi dan penulis lagu dari Amerika Serikat, kembali memikat pendengar…
KARAWANG – Operasi Lilin Lodaya 2024 yang memantau arus kendaraan di Jalan Tol Jawa Barat…
Siapa yang tak kenal dengan Doraemon, robot kucing lucu dari masa depan yang selalu membantu…
Pendiri Haidar Alwi Institute (HAI), R Haidar Alwi menyoroti vonis yang dijatuhkan oleh majelis hakim…