HOLOPIS.COM, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan depan diproyeksi bakal dipengaruhi oleh sentimen global yang kurang baik, dari sisi perang di Timur Tengah maupun stimulus jumbo yang diberikan China untuk menarik minat investor.
Branch Manager Jasa Utama Capital Sekuritas, Chris Apriliony mengatakan, IHSG juga bakal dipengaruhi oleh data tenaga kerja Amerika yang yang buruk, dimana data ini memupuskan wacana The Fed untuk tidak kembali menurunkan suku bunganya.
Kendati demikian, ia mengaku cukup yakin dengan kondisi IHSG di awal pekan ini, mengingat IHSG pada pekan lalu masih mampu bertahan di tengah berbagai sentimen negatif yang datang dari sisi eksternal.
“Artinya kita cukup bagus berarti inflow yang masuk ke market kembali itu dananya cukup besar ya sehingga dapat menahan sentimen gejolak negatif. Sehingga dengan gejolak negatif nanti ini akan lewat ya seharusnya inflow asing kembali masuk lagi ke pasar kita,” ujar Chris dalam keterangannya kepada wartawan, Minggu (13/10).
Adapun di tengah konsolidasi pergerakan IHSG di 7.400 dan 7.500-an, kata dia, terjadi rotasi pergerakan sektoral yang juga terjadi cukup cepat dan khusus untuk hari Jumat lalu, sektor properti juga melaju cukup kencang, saat sektor lainnya melemah.
Beredar informasi yang berkembang bahwa pemerintahan baru nantinya akan menghapus pajak PPN DTP khusus untuk masyarakat ekonomi rendah. Chris melihat, sektor properti ini merupakan sektor yang sudah lama masuk ke dalam area downtrend.
“Nah sekarang dengan kita melihat kinerja penjualan emiten-emiten properti itu lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya bahkan kalau kita compare seperti SMRA di lima tahun terakhir SMRA sekarang bahkan mencetak laba yang lebih tinggi gitu ya, jadi ya mungkin ini merupakan satu sentimen positif bagi sektor properti sendiri untuk kembali mulai masuk ke fase uptrend ya mungkin dalam jangka waktu yang cukup panjang ya,” kata Chris.
Dengan demikian, kinerja yang baik dengan sektor properti yang mulai mengalami peningkatan ketika ada sentimen sedikit saja seperti berita positif ini dapat memacu harga sahamnya kembali naik.
Dalam sepekan kemarin, terjadi koreksi wajar akibat adanya aksi profit taking. Indeks seminggu belakang tercatat naik tipis ke 7.520,60. Menurut Chris, dalam sepekan terakhir memang IHSG cenderung bergerak sideways.
“Di mana kemarin peak-nya di area 7.800-7.900 lalu koreksi sampai 7.400, nah ini kita melihat IHSG cukup bertahan di 7.450 ya, jadi harapannya satu minggu lagi ke depan untuk kembali di akhir tahun kenaikan window dressing,” kata Chris.
Chris melihat pergerakan IHSG pada Agustus hingga September saja sudah naik 11 persen dan tidak ada koreksi besar terjadi dalam 1,5 bulan.