HOLOPIS.COM, JAKARTA – Tim badminton junior Indonesia berhasil mengantongi dua medali perunggu Kejuaraan Dunia Badminton Junior 2024. Namun, hasil ini belum memuaskan bagi kepala pelatih pelatnas PBSI yang juga manajer tim Rionny Mainaky.

Sebelumnya diketahui, dua wakil Indonesia yang berhak atas medali perunggu Kejuaraan Dunia Badminton Junior 2024 tersebut adalah Moh Zaki Ubaidillah dari tunggal putra dan Isyana Syahira Meida/Rinjani Kwinara Nastine dari ganda putri.

Rionny mengatakan para atlet yang mengisi skuad junior Indonesia tahun ini memiliki kualitas bagus tapi belum cukup kuat.

“Kalau bilang puas pastinya tidak tapi memang harus diakui kita belum cukup baik. Terlihat di babak delapan besar ada beberapa pemain yang seharusnya bisa menang tapi karena melakukan kesalahan sendiri jadi tidak berhasil,” kata Rionny, sebagaimana informasi yang diterima Holopis.com.

“Mereka memiliki potensi dan kualitas yang bagus, tinggal ke depan kita membenahi untuk lebih baik lagi. Di tim kepelatihan dan saya sebagai kepala pelatih harus lebih kerja keras di tahun depan,” lanjutnya.

Rionny menyebut bahwa masih ada yang perlu ditingkatkan lagi dari para pebulutangkis muda Indonesia.

“Yang masih kurang adalah daya juang di lapangan, kita mesti pelajari dari China dan Jepang. Bermain rapi, stamina dan pembentukan otot juga mesti ditingkatkan. Ini pekerjaan rumah yang harus segera dikerjakan kalau tidak mau tertinggal,” tegas Rionny.

“Secara persiapan, tim ini sudah pemusatan latihan sejak setelah Kejuaraan Asia Junior. Ada beberapa try out kejuaraan juga sebagai bekal persiapan. Tapi melihat ini saya rasa memang harus ditambah, ini yang harus kita persiapkan lagi ke depannya,” jelasnya.

Secara khusus, Rionny juga mengevaluasi penampilan Moh Zaki Ubaidillah dan Isyana Syahira Media/Rinjani Kwinara Nastine di babak semifinal hari Sabtu (12/10) kemarin.

“Ubed sedikit lagi bisa memenangkan pertandingan, andai saja dia antisipasinya bisa lebih aktif. Ini pengalaman juga buat dia bagaimana mengatasi tekanan, bukan hanya dari lawan tapi dari seisi arena, penonton yang begitu banyak,” ucap Rionny.

“Isyana/Rinjani dari fokus awalnya harus ditambah. Mereka kehilangan poin dari servis dan terima servis beberapa kali. Ini tidak boleh terjadi di laga penting seperti semifinal,” ucap Rionny lagi.

Sementara pelatih tunggal putri Indra Widjaja angkat bicara mengenai penampilan Mutiara Ayu Puspitasari yang belum konsisten. Mutiara tampil cukup apik di nomor beregu tapi tidak berlanjut di nomor perorangan.

“Memang secara penampilan, Mutiara belum konsisten. Ada bagus, ada kurangnya. Waktu beregu bermain boleh saya bilang cukup luar biasa tapi saat perorangannya kurang “megang”,” ungkap Indra.

“Faktor secara non-teknisnya lebih besar pengaruhnya. Secara strategi dan teknis sudah disiapkan tapi karena beban, semua itu jadi tidak keluar,” kata Indra.

Indra lebih lanjut mencoba untuk membesarkan hati anak asuhnya itu.

“Saya sudah bicara dengan Mutiara, saya bilang apapun hasilnya harus diterima. Ini memang junior terakhir untuk dia tapi bukan yang terakhir untuk ke depannya. Ini batu loncatan yang cukup bagus untuk dia melewati beregu dengan juara sebagai kapten tim, bagaimana bertanggung jawab dengan timnya walau akhirnya di perorangannya kurang bagus,” tutur Indra.

“Yang terpenting batu loncatan ini bisa membuat dia berbicara banyak di level senior nanti. Pastinya dengan latihan-latihan dan mengamati sainga-saingannya. Sepulang dari sini, kurang dari satu minggu Mutiara akan langsung turun bertanding di Surabaya (Indonesia International Challenge dan Indonesia Masters Super 100),” imbuhnya.